Demi Kesehatan: Stop Jangan Dimakan!

Dini hari bangun melihat kue di meja, nastar, stop, jangan dimakan, ini sudah waktunya imsak dalam program puasa saya yang membolehkan makan hanya waktu malam sekitar jam enam sampai jam sepuluh malam, setelah itu jangan lagi ada masuk makanan, apalagi makanan berlemak seperti kue itu, makanan yang saya tamukan, silakan saja dimakan siapa saja, orang lain silakan, si wiro teman saya silakan, begitu juga buah-buahan, jangan sampai saya makan. Kemudian melihat lemari, ada susu di sana, ada sirup dua botol, warna merah rasa coco pandan, sangat menggiurkan, jangan, jangan, jangan, sirup itu mengandung gula--ya iyalah masa mengandung anak kambing, anak kambing hanya dikandung ibu kambing--jangan sampai diminum, bukan karena minum gula berbahaya dan bisa menyebabkan penyakit gula, tapi karena dalam program kesehatan saya, gula dianggap penghambat keluarnya hormon pertumbuhan, otot saya ingin tumbuh, meski sampai sekarang badan masih kurus, namun masih ada saja harapan otot itu akan tumbuh, dengan banyak olahraga--yang sekarang sudah mulai jarang saya lakukan--dan juga dengan banyak tidur--nah kalau yang ini karena caranya mudah, tidur saya lumayan banyak, kemarin saja siang, tertidur pulas hingga jam satu lebih mulai jam sebelas lebih. Kembali ke makanan, melihat makanan apapun harus bisa menahan, hanya air putih saja yang boleh masuk ke badan, hanya minuman botol, itulah yang harus saya perbanyak, karena segarnya sudah mulai saya rasakan, kurang makan dan banyak minum itu rasa segarnya luar biasa, jarang ngantuk, pikiran cerah, dan dibawa menulis, jari menari lincang dan pikiran banyak kedatangan ide-ide segar, dan ide mengalir lancar. Ini pertanda, makan hanya satu periode dalam sehari, tidak tiga kali lagi seperti biasanya benar-benar terbukti menyehatkan. Ah pantas para ulama dan pertapa melakukannya. Para ulama jaman dahulu, seperti Ibnu Jarir At-Thabari, sesuai kisah singkatnya yang saya baca, hanya makan satu kali dalam sehari, sisanya dia pakai buat ibadah, belajar, dan menyampaikan pengetahuannya. 

Sungguh saya ingin sehat, saya takut sekali sakit, apalagi kematian, sungguh membayangkannya sangat menakutkan. Membayangkan sakitnya yang luar biasa, dan saya tahu, kematian yang benar-benar saya takutkan sekarang, suatu hari akan benar-benar datang, namun meski demikian saya harap, sebelum kematian itu benar-benar datang, saya ingin merasakan hidup dengan kesehatan prima, hidup sampai tua, sehat tanpa merepotkan orang, tanpa menyusahkan orang dengan sakit saya, kemudian meninggal dalam keadaan karena memang saya sudah tua, dan sudah saatnya. 

Related Posts:

0 Response to "Demi Kesehatan: Stop Jangan Dimakan!"

Post a Comment