Buku Novel Surga yang Tak Dirindukan

Kalau beli novel itu jangan tanggung. Belilah novel bagus, yang waktu Anda baca, Anda mau menyelesaikannya. 
Beli novel bestseller, 
Atau dari penulis yang sudah Anda percaya. 
Atau belilah novel, yang ketika Anda membacanya, Anda membacanya bagai membaca surat cinta.

Beli novel buat coba-coba, itu bisa merugikan Anda. Keluar uang, terus novelnya Anda buka, Anda baca, ternyata tidak seru, terus Anda tinggalkan. Itu buang-buang duit saja. Itu buku buat apa? Buat panjangan? 

Kalau cuma buat pajangan, sudah saja mungut botol dari jalan. Trus pajang di lemari. Bariskan, di tengah rumah, di dapur, di kamar. Itu lebih membanggakan dari buku. Pas nanti tamu masuk, melihat, langsung kagum. Wah ini orang luar biasa. Peliharaan jinnya banyak! Lihat saja botol tempat jinnya. 

SURGA YANG TAK DIRINDUKAN

Jelas tertera di cover depannya 
"Nasional Best Seller"
"Novel terbaik Islamic Book Fair Award"

Tak tanggung-tanggung, novel ini disusun dalam enam tahun. Asma Nadia katakan, dari 49 buku yang saya tulis, ini buku terlama dalam penyusunannya. Juga novel paling berkesan dari tingkat kesulitannya. 

Dengan kata lain, penggarapan novel ini tak sembarangan. Bukan hasil kerja semalam. Membutuhkan persiapan matang, penyusunan, revisi, bahkan perombakan judul. 

Saat novel ini disusun, "begitu banyak pertanyaan bermain di kepala saya. Selama proses penulisannya, saya melakukan diskusi dengan para ayah. Mencoba memahami isi hati dan kepala laki-laki. Sempat membuat ayahnya anak-anak jengah dengan pertanyaan terlalu detail yang membuatnya--sebagai laki-laki--tak nyaman, bahkan meski disampaikan kepada perempuan yang telah dinikahi belasan tahun."

Beban lain yang ditanggung Asma Nadia, adalah kecaman dari orang-orang. Setelah tenggelam oleh ceritanya, ada yang protes, ini novel seorang feminis. Tak sedikit yang menyebutnya anti poligami. "Namun, salah satu yang membuatnya tersenyum adalah komentar dari kaum adam, yang berterima kasih sebab novel ini telah membuat mereka lebih mengerti hati perempuan, dan bertekad tak menyakiti. Alhamdulillah." tulisnya dalam pengantar.

Selain isi dan gaya bahasanya, buku ini telah manis dari tampilan jilidnya. Juga tulisan di sampul belakang.

Apa artinya rumah jika tak lagi menjadi pelabuhan yang ramah bagi hati seorang suami? Apa jadinya surga jika ia tak lagi dirindukan? Benarkah dongeng seorang perempuan harus mati agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan?

Ah surga yang rentak-rentak.
Peristirwa tragis dan e-mail aneh dari gadis bernama Bulan.
Pertanyaan terus mendera: "Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada suatu lelaki, kenapa cinta tidak cukup membuat seorang lelaki bertahan dengan satu perempuan?

Sementara seseorang berjuang melawan Tuhan, waktu dengan sabar menyusun keping-keping puzzle kehidupan yang terserak, lewat skenario yang rumit namun menakjubkan.

Sebelumnya, buku pernah terbit dengan judul "Istana Kedua", namun kemudian, atas pertimbangan estetika dan berbagai diskusi, Asma Nadia mengubahnya jadi "Surga yang Tak Dirindukan".

Buku ini mendapatkan pujian dari sastrawan senior Putu Wijaya:

"Para penulis perempuan seperti gumpalan burung-burung yang jatuh dari udara, menyerbu kehidupan sastra Indonesia, memasuki milenium ketiga. Masing-masing dengan dunianya. Ada yang cerdas, radikal, bebas, bahkan lebih gila dari lelaki. Tetapi ada yang gaul, melankolis, puisti, komunikatif, santun, namun sesungguhnya memberontak.

Arini berhenti berlari. Tak lagi berusaha menghindar dari luka, papar Asma Nadia mengakhiri kisahnya. Sebuah suara lirih yang menggelegar karena menunjukkan tekad yang menjadi wajah lain dari langkah perempyan Indonesia masa kini."

Related Posts:

0 Response to "Buku Novel Surga yang Tak Dirindukan"

Post a Comment