Sialnya, gadang jarang berguna. Bangun si bangun, manco sih manco, namun tangan, bukannya menulis, malah klak-klik sana-sini, main musik, melihat film, baca ini, baca itu. Sedangkan menulis, baru juga tiga baris, otak buntu, nulis tertunda, dan akhirnya, waktu habis, karya terbengkalai. Buka lagi di waktu lain, selera sudah hilang.
Jika pun maksa menulis, otak susah fokus. Kalau sudah begitu, maka biasanya, memperindah kata, menata logika, buat kalimat mengena, jadi susah. Tidak tahu kenapa, saraf seperti macet. Kerutan kening berlipat, dan berkali-kali, saya mengurut kepala.
Maka dalam kondisi begitu, tak perlu paksakan diri. Tidur saja.
Biasanya ngantuk ini datang sekitar Isya. Bahkan selagi shalat, ngantuk sudah payah. Jadi mengertilah, sebenarrnya itu alamat, pertanda, bel alarm buat kita, sudah masuk jam istirahat. Kerja bukan keputusan tepat. Yang tepat adalah, segera cuci kaki, pergi ke kasur, tutup selimut, terus tidur.
Untuk bangun tengah malam, dan kerja dalam kesunyian. Itu yang saya lakukan tadi malam.
WAKTUNYA ORANG RAMAI-RAMAINYA
Terlebih di tempat saya, bakda Isya orang sedang ramai-ramainya. Sampai jam sebelasan, mereka masih bangun: main musik, ngobrol, facebook. Memaksakan diri menulis pun akan terganggu. Seperti saya semalam. Orang ribut, ngajak ngobrol, setel musik keras, Ingin rasanya teriak: "DIAM!!!!
Beneran saya mau teriak. Saya sedang kerja. Bos nyuruh saya, kudu nulis banyak. Sehari delapan tulisan. Jangan ganggu saya. Saya bisa gagal. Sehari delapan artikel itu bukan tugas ringan. Dan jangan nulis asal. Harus bagus, harus kreatif. Supaya kreatif, butuh konsentrasi. Kalau ramai begini mana bisa.
Sayangnya saya susah tegas. Sebabnya terkadang, saya juga butuh dia. Bahkan tak terasa, saya pun ganggu dia. Mengajaknya ngobrol, dan dengan rela, dia sambut obrolan saya. Jangan mengecewakan. Itu bisa menciptakan suasana tak sehat. Jadinya saya biarkan, bahkan seringnya, saya pun ngobrol asyik dengan mereka.
Dalam kondisi demikian, satu-satunya jalan cuma pamit, lalu tidur. Sebab, justru dengan tidur, produktifitas kerja bisa meningkat.
BAGAIMANA BISA?
Bagaimana bisa, dengan tidur, produktifitas kerja meningkat?
Dale Carnegie pernah menceritakan dalam salah satu bukunya: How To Stop Worrying and Start Living. Jadi, sekelompok pekerja, pengangkut barang, disarankan program baru bagi mereka. Setiap sekian menit sekali, mereka disarankan tidur. Dan ternyata, terjadi perbedaan jelas. Setelah program tidur di sela kerja, produktifitas kerja mereka meningkat. Jikka misalnya, sebelumnya, mereka cum abisa mengangkut 9 barang per 15 menit, setelah program ini, bisa sampai 13 barang. Kisah persisnya saya lupa. Jika ingin jelas, cari saja bukunya. Ini sekedar bukti saja, dengan tidur, produktifitas kerja meningkat.
Buat menulis demikian juga. Dengan tidur, produktifitas menulis meningkat. Waktu menulis ini, saya buka artikel tentang manfaat tidur, dan menemukan, antara lain: Meningkatkan memori, menjaga kesehatan, meningkatkan nilai akademis, meringankan stres, dan itu semua sangat dibutuhkan buat menulis produktif.
Terasa oleh saya, dengan praktik tidur cepat, bangun malam, pikiran sudah segar. Suasana sunyi, ide baris rapi, antri dalam kepala, siap disalurkan, dan jemari, lincah menyusun tulisan. Lihat saja hasilnya, tulisan ini.
Tulisan ini saya buat mulai dari jam 3.00 dini hari, sampai jam 11.24 siang.
Tulisan ini saya buat mulai dari jam 3.00 dini hari, sampai jam 11.24 siang.
Berapa jam tuh, nyaris 9 Jam.
Bayangkan, satu artikel 9 Jam. Produktifkah?
Bayangkan, satu artikel 9 Jam. Produktifkah?
Produktif payah!
Hahaha... lagi2 tulisan ini bisa membuat saya terkekeh.. :d
ReplyDelete