Sandal dan Wanita

Dokumentasi Google
Tak perlu beli. Sandal saya lebaran tahun lalu, masih layak pakai lebaran tahun ini. Boleh dibilang, saya beli sandal setahun sekali. Bahkan itu pun tidak. Namun, tak tahu kenapa, istri saya rajin benar beli sandal. Belum rusak yang satu, sudah beli yang lain. Sandal hak tinggi, sandal jepit, sandal karet, sandal tali, sandal busa, berserakan di dapur, di depan, di samping rumah. Sebagian dibuang ke tempat sampah. Untungnya, dia beli sandal hasil usahanya sendiri, dagang di warung. Jadi jika saya gugat, sudah pasti mencak-mencak. Tangan mendarat di pinggang, lalu teriak, "Terserah aku, ini uangku!"

Seperti buat dirinya, begitu pula yang dia sukai buat anaknya. Anak saya. Musim sandal ini, beli, musim sandal itu beli. Dulu trend sandal ikan, beli sandal ikan. Musim sandal ulat, beli. Musim sandal kodok, beli. Selop, sepatu, sandal jelit, Shaund the Sheep, Masha, sandal merk apa saja dibelinya. Kemarin, baru saja membeli sepatu boat. Katanya, biar anaknya aman mondar-mandir jalan di tanah, dan juga, buat sesekali jika dia ikut ke sawah.

Biar posisinya terinjak, sandal jadi ukuran status sosial seseorang. Sandal juga, bisa dipakai sebagai ukuran nilai seseorang. Kesan orang yang memakai sandal dan yang tidak tentu saja berbeda. Dan sama bedanya kesan orang dengan sandal biasa dengan orang bersandal bagus. 

Apa, sebagian besar wanita juga begitu?
Coba tengok rak sepatu dan sandal Anda, apa di sana banyak sandal bekas? Yang terbayang oleh saya, banyak dari sandal itu sudah berdebu. 

Jika memang beli sandal, itu hobi sebagian besar wanita, maka pertanyaannya: Mengapa?

Survei sederhana saya lakukan di grup curcol.com. Sebagian besar membernya wanita, jadi saya rasa, di sana tempatnya pas buat survei masalah wanita. Saya tanyakan, "Mengapa wanita rajin beli sandal?". 

"Mengikuti model terbaru" (Latifah). 

"Seperti halnya baju, kerudung, tas dan lain-lain. Semua karena ada model baru dan menyesuaikan warna baju, biar serasi. Tapi sandal tak seekstrim kalau beli kerudung. Kalau aku, sandal dan sepatu tak seekstrim beli kerudung, cukup beli warna netral saja. Praktis dan ekonomis." (Fatimah)

Tidak seekstrim kerudung? Hemmh, seketika saya ingat istri saya. Benar juga. Kerudungnya di kamar, wuah, bergantungan mirip di toko. Itu kerudung segi empat saja. Belum lagi kerudung blus. Jadi ingin bahas kerudung, namun tempat ini, sudah saya khususkan buat bahas sandal.

"Untuk koleksi, hehe. Terkarang sandal yang ada sudah. tidak nyaman, sehingga harus beli sandal lagi." Atau, bisa juga "karena ada discount dan sandalnya pas di hati, harga mudah dan terjangkau." (Rosemarie).

"Saya pernah mendengar, ada yang mengatakan, "Alas kakimu menunjukkan ke mana kamu akan melangkah." Atau mungkin, rajin beli sandal itu dengan alasan, semakin bagus sepatu dan sandalnya, semakin tinggi kelas sosialnya. Lebih tepatnya, karena kita akan menyesuaikan sandal dan sepatu saat ke luar rumah. Tidak mungkin kan, kita buang sampah pake sepatu hak tinggi?" (Ie Fa)

"Karena wanita kerap menghadiri berbagai acara. Mulai dari pengajian, arisan, sampai undangan acara resmi. Resepsi pernikahan umpamanya. Maka wanita harus punya lebih dari dua sandal sebagai penunjang penampilan. Saya sendiri beli sandal bukan demi trend, tapi lebih karena butuh. Karena tidak semua sepatu dan sandal model terbaru cocok dengan kaki saya yang jebrag dan penuh kapalan alias wiru." (Atee Bunce Soleha)

Hahaha....

"Saya agak sering beli sandal, tapi sesuai kebutuhan kok" (Uswatun Chasanah)

Yang koplak itu jawaban Wulan Ayuningtyas, dokter gigi dari Jawa Timur, "Sandal wanita cepat rusak, karena beban yang dibawa lebih berat. Bayangkan, kemana-mana bawa dua gunung sekaligus."

"Karena sandal wanita cepet rusak. Saya orangnya terbiasa buru-buru. Sandal sepatu seringnya dipake lari. Di terminal, di jalanan, mau kerja" (Patrisia Juelek)

"Karena, model sandal wanita itu banyak dan terus up to date Kang. Jadi, namanya juga wanita, pantang kalau tidak mengikuti trend." (Diana Dee Mustari)

"Kalau saya kok jarang-jarang ya beli sandal atau sepatu buat keperluan sendiri. Paling banter, setahun sekali, saya beli sepatu dan jilbab" (Candra Wiasih)

 

*   *   *

Namun, tak juga bisa disamaratakan. Tidak semua wanita rajin beli sandal dan sepatu. Banyak juga dari mereka cukup punya dua pasang sandal saja. 

"Saya punya sandal cuma satu. Mau ke pasar, mau ketemu temen, mau kerja pake aja itu sandal. Bukan orang yang rajin update gaya. Asal terpenuhi kebutuhan, sudah cukup." (Solikhatun)

Haha, kok punya satu sandal di Mbak? kakinya kan punya dua.

"Saya tidak rajin beli sandal. Hanya beli jika yang lama sudah tak layak" (Wind Rahmatika)

"Aku beli sandal baru, kalau yang lama sudah putus atau tak lagi laik pakai. Tapi, harus selalu punya dua sendal. Satu buat di rumah, satu lagi buat bepergian. Tidak semua wanita suka beli sandal karena model terbaru" (Rani Aprilia)

Wkwkwk. Kebayang, di rumah cuma pake satu sandal. Pas bepergian juga pake satu sandal. Buat di rumah pake sandal kiri, buat bepergian pake sandal kanan. Hehe...maaf Teh Rani...bercanda. Saya yakin, maksud Teteh adalah satu pasang.

"Saya paling jarang beli sandal. Sandal saya awet. Jarang dipakai. Saya lebih banyak di rumah. Jika tak perlu amat, saya jarang keluar." (Farida Ali)

"Saya hanya punya satu sandal.  Ke mana pun, ya pake sandal satu itu." (Desi Arisanti).

*   *   *

Ternyata tak semuanya. Sebagian wanita, lebih suka sederhana. Beli sandal sesuai kebutuhan. Seperti kata beberapa orang dalam wawancara saya di atas. Ada yang baru beli sandal, jika sandal lama sudah rusak.

Namun, tulisan ini tersaji cuma buat obrolan. Sama sekali bukan buat memvonis jelek wanita yang rajin beli sandal. Jika memang uang tersedia, terlebih hasil kerjanya sendiri seperti istri saya, itu hak mereka. Lagi pula Rasulullah pun tidak melarangnya. Bahkan, jika memang dipakainya ikhlash karena Allah, itu malah Rasulullah anjurkan dalam haditsnya.

Suatu kesempatan Rasulullah bersabda, "Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji dzarroh."

Mendengar itu, seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya ada seseorang yang suka sekali pakaiannya bagus, dan sandalnya pun bagus."

"Sesungguhnya Allah itu indah, Dia mencintai keindahan. (Sedangkan) kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." terang Nabi.

Jadi, jika memang mampu, tak masalah kok. Beli saja. Tapi itu bekasnya, jangan lupa bagikan. Siapa tahu banyak orang masih suka!

Related Posts:

0 Response to "Sandal dan Wanita"

Post a Comment