Senang benar saya nulis kontroversial. Tulisan semacam itu mengajak orang buat mikir, berdialog, debat, di samping juga, mengundang orang-orang baik hati, untuk merelakan darahnya naik, lalu habis-habisan mencemooh saya, hehe. Khotbah, nasihat, cercaan, bahkan ucapan tolol, saya terima. Dengan bahagia. Bagaimana tidak, semua komen itu menjadikan postingan saya ramai.
Haha, sindrom caper. (Eh Syndrom apa Sindrom sih?)
Haha, sindrom caper. (Eh Syndrom apa Sindrom sih?)
Dan yang menarik, di antara orang baik hati itu ada yang mengatakan tulisan saya menyesatkan. Saya setuju. Bukan tanpa bukti, dia berkata berdasar fakta. Dan inilah beberapa fakta, jika tulisan saya benar menyesatkan.
Idi Kusnadi--bukan nama sebenarnya--bendahara sebuah kementerian daerah. Demi privasi lembaga, saya tak mau menyebutkan kementerian apa. Idi langsung meninggalkan agamanya setelah membaca postingan saya. Dia menjadi sesat, dan memilih menyembah batu. Menurut tetangga dan beberapa saudaranya, hari-harinya sekarang banyak dia habiskan di sungai, buat menyembah batu. Seorang tukang es, malah pernah melihatnya duduk bersimpuh sambil menunduk. Saat dia perhatikan, ternyata Idi Kusnadi sedang menyembah batu batre.
Onah Elisabeth--juga bukan nama sebenarnya--membaca blog saya, kangdana,com sambil berjalan ke sungai. Itu musim kemarau. Onah mau mandi. Dan sial, tanpa sadar, dia tidak berjalan ke sungai. Tahu-tahu, dirinya sudah sampai di pasar. Onah sesat gara-gara tulisan saya. Jadi benar tulisan saya menyesatkan. Bukan hanya Onah, tukang sayur keliling, Dulkamid, juga membaca tulisan saya sambil mendorong roda sayurnya.Tujuan dia tentu saja perkampungan orang. Dan tahukah Anda dia sadar sudah di mana? Di puncak gunung. Jadi bukan tanpa bukti, jika banyak orang menyebut tulisan saya menyesatkan.
Ratmi beda lagi. Dia membaca blog saya sambil berangkat sekolah. Ketika sadar, ternyata dia masih di rumahnya. Ternyata, dia tidak menuju sekolah, tapi malah keliling-keliling di sekitar rumah. Saat ibunya tahu hape itu segera direbut. Sebab penasaran, ibunya pun membaca blog saya dan tahukah apa yang terjadi?
Dan inilah bukti berikutnya, saat dalam blog si Ibu temukan resep kue bolu, sepuluh kilo tepung terigu langsung dia beli, dan semua bahan lainnya sesuai saran saya. Ibu Ratmi langsung mulai usaha. Jualan bolu, dan saat itu dia jalankan, bisnis bolunya bangkrut sekaligus. Masyarakat demo. Banyak orang muntah-muntah setelah makan bolunya. Jelas saja, wong resep yang saya berikan di blog bukan pake mentega, tapi pake sabun colek.
Dan inilah bukti berikutnya, saat dalam blog si Ibu temukan resep kue bolu, sepuluh kilo tepung terigu langsung dia beli, dan semua bahan lainnya sesuai saran saya. Ibu Ratmi langsung mulai usaha. Jualan bolu, dan saat itu dia jalankan, bisnis bolunya bangkrut sekaligus. Masyarakat demo. Banyak orang muntah-muntah setelah makan bolunya. Jelas saja, wong resep yang saya berikan di blog bukan pake mentega, tapi pake sabun colek.
Masih ada bukti lain tulisan saya menyesatkan. Yaitu saat ini, dan orang sesat itu, adalah Anda sendiri, sudah jelas, dari paragraf kedua dan ketiga saja, tulisan ini ngarang, dusta, tidak berguna, hanya main-main. Tapi masih saja Anda baca. Sudah Anda sia-siakan waktu Anda, sudah Anda buang kesempatan terbaik Anda. Anda sudah sesat, dan kesesatan itu bermula, dari tulisan saya. Jadi benar bukan? Tulisan saya menyesatkan menyesatkan?
Namun Anda rasakan, tak ada kesesata yang indah, selain sesatnya diri Anda, saat membaca tulisan saya.
* * *
Sodara!
Tulisan ini sebenarnya cuma ingin bertanya, sambil tertawa tentu saja, kepada orang yang mengatakan tulisan saya menyesatkan, apa buktinya? Punya bukti apa saja? Sudah berapa banyak orang sesat karena tulisan saya?
Kadang saya gemas. Untung dia orang. Kalau saja dia bawang, sudah saya cintang buat nasi goreng. Kalau muncang, sudah saya rendos jadi bumbu kari.
Heran, sebenarnya siapa yang sudah sesat dengan tulisan saya?
Heran, sebenarnya siapa yang sudah sesat dengan tulisan saya?
Menyaksikan fakta yang ada, saya perhatikan, para pembaca postingan saya bukannya sesat. Yang ada, mereka malah jadi cerdas. Dengan postingan saya, mereka jadi membaca. Dengan postingan saya, mereka memberi komentar panjang tentang agama, tentang kebenaran, tentang logika. Dengan postingan saya, mereka mengasah pikiran, melakukan dialog. Dengan postingan saya, jari mereka terlatih mengetik.
Saya sendiri mendapatkan manfaat. Dengan protes mereka, saya adi punya ide lagi buat menulis. Inspirasi bertimbulan, bagai jamur di musim hujan, bertumbuhan, bagai jerawat di musim puber, mengalir lancar, bak kencing pagi setelah ditahan semalam. Dengan protes mereka, saya jadi bisa menulis. Nih, contohnya tulisan ini.
Saya sendiri mendapatkan manfaat. Dengan protes mereka, saya adi punya ide lagi buat menulis. Inspirasi bertimbulan, bagai jamur di musim hujan, bertumbuhan, bagai jerawat di musim puber, mengalir lancar, bak kencing pagi setelah ditahan semalam. Dengan protes mereka, saya jadi bisa menulis. Nih, contohnya tulisan ini.
Jadi, segi mana menyesatkannya?
Bukannya menyesatkan. Yang ada, justeru mencerdaskan!
Bukannya menyesatkan. Yang ada, justeru mencerdaskan!
Itulah yang ingin saya ungkapkan kepada Anda, dari hati yang paling dalam, dan saking dalamnya sampai-sampai saya tenggelam, ke dasar lautan, yang akibatnya, saya jadi lupa daratan, dan ujung-ujungnya, saya jadi lupa diri alias tidak tahu diri. Demikian, jika Anda heran mengapa saya ngaku-ngaku tulisan saya mencerdaskan. Karena memang, saya sedang tidak tahu diri.
Salam otak udang.
0 Response to "Tulisan Saya Memang Menyesatkan"
Post a Comment