Sudah lama ingin nulis ini, tapi berbagai kesibukan menyita. Sibuk ngusir burung di sawah, sibuk cari rumput buat domba, sibuk ngurus anak, sibuk ngangkut pupuk buat palawija bayem. Baru kesampaian sekarang. Semoga, tulisan ini selesai. Tidak menggantung, seperti "anu" mu. Maksud saya seperti bajumu.
Bismillah, saya mulai. Hanya dengan melihat judul dan covernya, novel ini kurang menggoda. Beberapa kali datang ke toko buku, dan melihat novel ini, tak sepotong jari pun bernafsu. Jika ke sana, saya biarkan saja, karena dari tampilannya saya mengira, ini novel biasa saja, tidak ada unik-uniknya. Dan baru saya mengambilnya karena terpaksa, saat ada seseorang minta direkomendasikan novel bagus--ya, sebab agen buku hanya menyediakan novel ini, ya novel ini saja yang akan saya rekomendasikan. Bagus atau jelek tidak peduli. Kepada pemesan, novel ini akan saya bagus-baguskan. Soal promosi buku saya ahlinya. Buku biasa pun bisa jadi luar biasa dengan deskripsi hiperbolis dari saya. Akan saya resensi buku ini, dengan tulisan memikat yang bisa membuat, siapa pun membaca bakal tergoda ingin membeli.
Maka tugas saya berikutnya adalah, menggares buku ini sampai habis. Ini harus saya lakukan mengingat, tidak mungkin saya meresensi tanpa membaca. Memang saat saya buka di google, bertebaran review buku ini, namun saya merasa, itu saja tak cukup. Supaya bisa menjelaskan nikmatnya bakso, saya sendirilah yang harus makan bakso.
Bismillah, saya mulai. Hanya dengan melihat judul dan covernya, novel ini kurang menggoda. Beberapa kali datang ke toko buku, dan melihat novel ini, tak sepotong jari pun bernafsu. Jika ke sana, saya biarkan saja, karena dari tampilannya saya mengira, ini novel biasa saja, tidak ada unik-uniknya. Dan baru saya mengambilnya karena terpaksa, saat ada seseorang minta direkomendasikan novel bagus--ya, sebab agen buku hanya menyediakan novel ini, ya novel ini saja yang akan saya rekomendasikan. Bagus atau jelek tidak peduli. Kepada pemesan, novel ini akan saya bagus-baguskan. Soal promosi buku saya ahlinya. Buku biasa pun bisa jadi luar biasa dengan deskripsi hiperbolis dari saya. Akan saya resensi buku ini, dengan tulisan memikat yang bisa membuat, siapa pun membaca bakal tergoda ingin membeli.
Maka tugas saya berikutnya adalah, menggares buku ini sampai habis. Ini harus saya lakukan mengingat, tidak mungkin saya meresensi tanpa membaca. Memang saat saya buka di google, bertebaran review buku ini, namun saya merasa, itu saja tak cukup. Supaya bisa menjelaskan nikmatnya bakso, saya sendirilah yang harus makan bakso.
Maka sebuah rencana disusun. Saya akan membaca cepat. Sekilas, sekilas, dan setelah itu, akan langsung saya resensi. Secara kebetulan, datang tugas menjaga sawah. Maka sempurnalah rencana saya membaca buku ini. Saya akan membacanya sambil mengusir burung. Dulu pun, musim padi sebelumnya, membaca di sawah enak, lebih mudah konsen, dan saat itu, saya mampu menghabiskan dua buku, seri "Sandiwara Langit" bagian ke-satu dan ke-dua. Dan sekarang pun, sepertinya asyik jika kembali, saya menjaga sawah sambil sesekali membaca. Angin alam dan pemandangan, sangat mendukung tenang pikiran, buat fokus kepada buku.
Dan rencana pun berjalan. Maka pergi ke sawah, orang lain membaca karung dan sabit buat nyabit rumput, atau cangkul untuk membereskan lahan, saya malah bawa buku. Dalam tas butut pemberian Pak Kepala Sekolah itu, merengkol nyaman buku "Altitude 3676, Takhta Mahameru".
Begitulah judulnya, mengisahkan seorang Faras, yang secara tak sengaja, menjadi seorang Backpacker, hanya karena mengikuti jejak seseorang berdasarkan email yang terkirim padanya. Sang pengirim bernama Ikhsan. Pria ini Faras kenal dulu, beberapa tahun lalu, saat pemuda yang datang ke gunung Semeru, dan sepulang dari sana, kedinginan, singgah ke rumah Faras. Saat itu si Pemuda numpang menginap di warungnya, dan kemudian, dari sanalah kisah mereka erat terjalin.
Memang tak keliru, ketika saya katakan, ini bakal jadi novel terbaik yang saya baca bulan ini. Ada kisah cinta di dalamnya, namun, bukan kisah cinta murahan, yang diobral dengan ucapan lebay, alay, dan membosankan. Namun, cinta dalam perbuatan, yang seorang pun, bahkan penulis buku ini sendiri, tidak mudah begitu saja memvonis, bahwa itu sebuah cinta antara pria wanita. Kisah cinta dalam novel ini memang universal, bukan cinta terjerat syahwat, yang terpenjara dalam sempitnya asyik-masyuk pria wanita, namun luas, ketika cinta itu terekspresikan, demi kehormatan, kebenaran, dan perasaan ingin menyelamatkan sesama.
Dari Mahameru, sebuah perjalanan jauh Faras lakukan menuju Makasar, Sulawesi. Sampai bagian sini saya rasakan, penggarapan novel ini bukan sembarang. Namun berwawasan. Penulis menyajikan novelnya, tak sekedar mengumbar khayalan, namun berusaha, menuansakan setingnya dibuat terasa nyata, berdasarkan fakta. Sebaik mungkin, penulis meramu culture masyarakat Makasar dengan adatnya, tingginya rasa harga diri mereka, dan sikap berani mati demi kehormatan keluarga.
Sebagaimana diceritakan, Faras mengikuti jejak pengirim email, yaitu Ikhsan hingga ke Makasar. Menurut email itu, si pengirim akan tinggal di Makasar dalam beberapa hari, dan Faras merasa punya kesempatan buat menyusulnya. Namun tatkala sampai ke sana, dan mencoba menanyakan kepada penduduk setempat, ternyata pemuda bernama Ikhsan itu memang datang ke sana, pernah singgah di warung yang Faras singgahi sekarang, namun itu sebulan lalu, bukan beberapa hari lalu.
Saya juga heran, bagaimana bisa, tanggal pengiriman email belum lewat seminggu, namun penduduk sana mengatakan dia datang ke sana bulan lalu. Mungkinkah si pengirim berdusta. Atau pemilik warung yang berdusta. Tapi, apa untungnya tukang warung berdusta? Kalau begitu, mungkinkah Ikhsan berdusta mempermainkan Faras?
Saya juga heran, bagaimana bisa, tanggal pengiriman email belum lewat seminggu, namun penduduk sana mengatakan dia datang ke sana bulan lalu. Mungkinkah si pengirim berdusta. Atau pemilik warung yang berdusta. Tapi, apa untungnya tukang warung berdusta? Kalau begitu, mungkinkah Ikhsan berdusta mempermainkan Faras?
Tidak! Ikhsan tidak menipu Faras. Lalu bagaimana itu bisa terjadi?
Di sinilah penulis menunjukkan kecerdasannya.
Satu hal tak terduga menjadi jawabannya.
Apa?
Kalau saya sebutkan, nanti bukunya malah tidak seru.
Kalau saya sebutkan, nanti bukunya malah tidak seru.
Jadi, rasakan saja keasyikannya sendiri...
.
.
Azzura Dayana memang top. Selain nyaman dibaca, tulisannya pun berjalinkan sulaman benang emas kalimat Kahlil Gibran yang sangat menyentuh, dan juga, berhiaskan hadits Nabi yang memotivasi, menjadikan, harga 60.000 terlalu murah untuk buku sebagus ini.
0 Response to "Buku Altitude 3676 Takhta Mahameru"
Post a Comment