JANGAN SAKITI MALAIKATKU (3)

Setelah puas membalaskan semua dendam dan hasratnya kepada Rohman dan Maya. Wahyu kemudian membuka ikatan di tangan kanan Maya.

“Aku akan pergi sekarang sayang, jangan coba-coba mengejarku. Terima kasih untuk semuanya,” ucap Wahyu sambil mengecup kening Maya.

“Aku tak peduli kalian mau melaporkanku ke polisi atau tidak, yang jelas kini hidupku sudah tenang, sudah kubalasakan semua perasaan yang selama ini terpendam dihatiku kepadamu dan suamimu,” lanjutnya.

“Tuan Rohman, istrimu sangat lezaaat, tak salah kau menikahinya, hahahaha...” bisiknya ke telinga Rohman kemudian melangkah pergi meninggalkan rumah itu.

Maya masih menangis di atas tempat tidur tanpa busana. Sementara Rohman terus menerus mencoba melepaskan diri, sangat ingin segera mengejar dan membunuh Wahyu. Bola matanya dipenuhi rasa amarah dan dendam, dihiasi bulir-bulir air mata yang mengalir deras, menangisi ketidakmampuannya menjaga istri tercintanya.

Maya kemudian tersadar dari lamunannya, sambil masih terisak-isak ia mencoba melepaskan ikatan di tangan kiri dan kedua kakinya. Kemudian mengambil pakaian-pakaiannya yang tergeletak di lantai kamar. Segera setelah berpakaian kembali ia berlari menuju suaminya yang masih terikat, mengambil kain yang menyumpal mulut suaminya.

“Hah... hah... hah... cepat lepaskan aku!” perintah Rohman sambil mengatur nafasnya.

“Maafkan aku Mas,” jawab Maya sambil terus menangis.

“CEPAAAAT!” bentak Rohman.

Maya terkejut mendengarnya, dua tahun pernikahannya baru kali ini sang suami membentaknya dengan keras. Ia segera turun ke lantai bawah, pergi ke dapur mengambil pisau. Kemudian kembali ke kamarnya untuk melepaskan suaminya. Tanpa berkata sepatah katapun ia terus coba memotong ikatan di tangan Rohman. Setelah ikatan di tangannya lepas, Rohman segera merebut pisau dari tangan istrinya. Kemudian meotong ikatan di badan dan kakinya dengan terburu-buru. Ia tak ingin sampai kehilangan jejak Wahyu. Sementara Maya hanya terduduk di lantai, menangis, sambil memandangi suaminya yang seperti orang lain, yang bukan seperti suaminya yang selama ini ia kenal.

Setelah semua ikatan terlepas Rohman segera berlari turun ke bawah, kemudian keluar rumah sambil membawa pisau dapur di tangannya. Mencoba mengejar Wahyu yang sudah menghilang sejak tadi. Maya berlari mengikutinya, tapi lagkahnya hanya terhenti sampai di depan pintu rumahnya. Ia tak ingin tetangganya melihat dirinya yang berantakan, juga sedang menangis. Maya tak ingin sampai tetangganya ada yang tau kejadian yang menimpa keluarganya malam ini. Ia kemudian naik lagi ke lantai atas, menuju kamar Arin. Dibukanya pintu kamar yang terkunci, ‘CKLAK’. Terlihat peri kecilnya masih tertidur lelap di atas tempat tidur. Syukurlah Wahyu tak menyakiti putrinya tersebut. Segera ia datangi sang anak, kemudian memeluknya dengan erat.

“BANGSAAAAAT!” teriak Rohman di tengah jalan.

Sudah 15 menit berlalu setelah ia melepaskan ikatanya. Entah berapa jauh sudah ia berlari mengejar Wahyu yang telah pergi entah kemana. Ia kemudian terduduk di pinggir jalan, menatap pisau yang dibawanya cukup lama. Namun kemudian memutuskan untuk kembali ke rumah. Melihat keadaan anak dan istrinya.

Sesampainya di rumah ia langsung mencari istri dan anaknya. Di lantai dua dilihatnya pintu kamar sang anak terbuka. Dari depan pintu, terlihat istrinya yang sedang menangis di lantai sambil memeluk Arin. Rohman berjalan mendekati mereka berdua. Maya kemudian menoleh, dilihatnya suaminya yang berjalan mendekatinya, dengan air mata yang terus mengalir dan pisau dapur yang masih di genggamnya. Maya kemudian meletakkan anaknya yang masih dalam pengaruh obat bius ke kasur. Wajahnya dipenuhi rasa takut, melihat sang suami yang wajahnya dipenuhi amarah.

“DI mana Wahyu? Katakan Maya, cepat katakan!” ucap Rohman.

“Aku tidak tau Mas, sumpah aku tidak tau,” jawab Maya ketakutan.

“Aku tau diam-diam di belakangku kau sering smsan dengannya, aku tau semuanya. Jadi cepat katakan, akan kubunuh iblis itu!”

“Aku tak pernah membalas pesannya Mas, sumpah. Aku tak ingin menyakiti perasaanmu, aku diam bukan berarti aku berhubungan dengannya, aku menjaga keutuhan rumah tangga kita”.

“Terserah! Yang jelas cepat katakan di mana dia! Iblis itu harus kubunuh secepatnya!” Rohman makin menjadi.

“Aku tak tau, sudah cukup Mas, hentikan semua ini. Amarahmu justru membuat dirimu yang jadi seperti Iblis!” jawab Maya tak dapat membendung perasaannya.

‘PLAAAAK!’

Tangan Rohman mendarat di pipi Maya. Amarahnya seperti tak terbendung lagi. ‘GLOTAK’ pisau dapur yang di genggamnya terjatuh ke lantai. Maya terdiam sesaat, kemudian mengambil pisau dapur yang terjatuh.

“Kurang ajar kau Maya, beraninya kau berkata seperti itu kepada suamimu!”

“Maafkan aku Mas, aku memang istri yang tak baik untukmu, aku tak bisa menjaga diriku, aku tak bisa menjaga perasaanmu, aku bukanlah istri yang baik untukmu,” ucap Maya sambil mengiriskan pisau di pergelangan tangannya.

“HENTIKAN MAYA!” teriak Rohman.

“Mungkin ini adalah jalan terbaik, wanita hina sepertiku tak pantas untuk hidup lagi. Tolong jaga anak kita Mas, terima kasih atas kebahagiaan yang kau berikan kepadaku selama ini. Tak sedikitpun terlintas di pikiranku untuk menghianatimu. Maafkan aku yang selama ini tidak bisa jujur kepadamu tentang Wahyu,” Maya memberikan senyuman terindahnya kepada Rohman, dihiasi air mata yang tak henti-hentinya mebasahi pipinya.

“TIDAAAK!!” teriak Rohman sambil mencoba mencegah apa yang dilakukan istrinya.

Tetapi semua terlambat, darah segar keluar dari pergelangan tangan Maya, mengalir deras membasahi lantai kamar anaknya. Rohman merebut pisau tersebut lalu membuangnya. Dipeluknya erat-erat tubuh Maya.

“TIDAAAAAK!” teriak Rohman sambil memeluk istrinya.

“Maafkan aku sayang, tolong maafkan aku. Aku mencintaimu, aku tak ingin kehilangan dirimu. Aku khilaf tadi, jangan tinggalkan aku,” tangisannya lepas sambil memeluk erat tubuh sang istri. Bola matanya kosong, menerawang entah kemana.

Malam itu, kedua pasangan tersebut berpelukan dalam kesunyian. Sang anak masih tertidur lelap. Darah segar dan air mata menghiasi pemandangan malam itu. Suara jangkrik dan semilir angin dari pintu kamar yang terbuka sesekali memecah kesunyian. Dunia selalu berputar, kita tak akan pernah tau kapan hidup kita akan jatuh maupun melonjak naik. Tapi satu hal yang mereka tau, apapun yang terjadi, hidup harus terus berjalan, mereka harus bangkit, sampai Tuhan memanggil mereka, bukan mereka yang mendatangi Tuhan dengan cara yang salah.

Bersambung....
<!--[if gte mso 9]>

Related Posts:

Keberuntungan Itu Tidak Ada!

Sekarang, saya akan membedah sebuah pola pikir menyesatkan
Sebuah pola pikir yang jangan-jangan, selama ini telah menjadi racun dalam hidup sehingga, kita susah buat maju, susah buat sukses.

Pagi hari, air mata saya mengambang, saking bahagianya, saking semangatnya, setelah mendapatkan ilham--lebih tepatnya inspirasi, berupa kalimat "JANGAN PERCAYA KEBERUNTUNGAN"

KALAU ANDA INGIN MAJU, JANGAN PERCAYA KEPADA 
KEBERUNTUNGAN itu tidak ada
Keberuntungan yang kita devinisikan di sini adalah, keberuntungan dalam arti mendapatkan sesuatu secara ajaib, tanpa ada usaha.

JANGAN PERCAYA KEBERUNTUNGAN
Percaya pada keberuntungan, ini satu pola pikir menyesatkan
Pola pikir inilah 
Yang bisa membuat seseorang malas berusaha
Pola pikir inilah yang membuat kita nggak maju-maju
PERCAYA KEPADA KEBERUNTUNGAN INILAH YANG MENJADIKAN PERJUDIAN SUBUR DI MUKA BUMI

Pola pikir semacam inilah, yang membuat seseorang kerjanya hanya berharap dan berharap, menunggu dan menunggu, jenuh dan jenuh, galau dan galau....


Percaya pada keberuntugan
Inilah yang membuat kita jadi pasif, malas, hanya menunggu dan tidak mau berusaha.


Pola pikir inilah, yang bisa membuat kita hanya duduk-duduk malas dan lemas, menunggu, seperti buaya di tepi danau, diam, membuka mulut lebar-lebar, lalat masuk, pluk, menutup mulut.

KEBERUNTUNGAN ITU TIDAK ADA
Kenapa?
Sebab Allah itu Maha Adil
Di alam semesta ini, Dia telah menciptakan sistem, supaya, 
Orang-orang yang berbuat kebaikan mendapatkan kebaikan, orang yang tidak berbuat kebaikan tidak mendapatkan kebaikan, dan orang-orang yang berbuat kejahatan mendapatkan kerusakan.

Orang yang mendapatkan banyak kebaikan
Adalah orang yang sudah banyak berbuat baik. Orang-orang yang kita lihat mendapatkan keberuntungan, sebenarnya karena dia telah banyak berbuat baik. 

Hiduplah dengan akal sehat

Akal sehat mengatakan, yang punya banyak uang adalah orang yang rajin mencari uang
Orang yang banyak ilmu adalah orang yang rajin mencari ilmu
Orang yang banyak pacar adalah orang yang rajin mencari pacar, yang akibatnya jadi banyak sakit hati


Jika ingin sehat, harus melakukan sesuatu yang bisa membuat kita jadi sehat
Jika ingin bersih, harus melakukan sesuatu yang bisa membuat kita menjadi bersih
Jika ingin cantik, lakukan sesuatu yang membuat kita jadi cantik
Ingin pintar, harus melakukan sesuatu yang membuat kita menjadi pintar

Sekarang banyak orang yang ingin menjadi Nabi, bahkan banyak orang yang ingin menjadi Tuhan, yaitu orang-orang yang ingin mewujudkan segalanya dengan keajaiban, tanpa mau kerja keras berusaha.


Memberi nikmat itu urusan Allah, bukan urusan kita
Urusan kita adalah berusaha 

Melakukan apapun untuk mendapatkan apapun yang ingin kita dapatkan

Jika ingin mendapatkan kebaikan yang banyak, harus berbuat baik banyak banyak. Berbuat baik dengan prinsip "tanpa mengenal". Tanpa mengenal pamrih. Tanpa mengenal orang. Tanpa mengenal waktu. Tanpa mengenal tempat. Tanpa mengenal situasi.

Related Posts:

JANGAN SAKITI MALAIKATKU (2)

                Pagi itu Rohman terbangun lebih dulu daripada Maya. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, ia mengintip anak perempuannya yang masih tertidur lelap di kamarnya, kemudian turun ke lantai bawah. Ia duduk di sofa sambil menyalakan televisi untuk menyaksikan acara berita, tak sengaja Rohman melihat handphone istrinya yang tergeletak di meja. Dihantui rasa penasaran ia kemudian mengambilnya dan mnyalakannya. Tak lama setelah logo ‘Nokia’ keluar, muncullah sebuah wallpaper bergambar seorang pasangan yang sedang duduk di pelaminan, ya, itu adalah foto pernikahan mereka berdua. Kenangan terindah yang berhasil mereka abadikan, dan terus mereka simpan agar selalu terbayang betapa indahnya saat itu. Tak lama handphone bergetar, rupanya ada sebuah sms yang masuk. Dari sebuah nomor yang tidak tersimpan di handphone milik Maya. Rohman kemudian membuka dan membacanya.

‘Aku masih sangat mencintaimu Maya’

Rohman terkejut, siapa gerangan orang ini yang dengan beraninya mengucapkan kata cinta kepada istrinya tercinta. Ia kemudian membalas pesan tersebut.

‘Kamu siapa?’

Beberapa menit kemudian ada sms masuk kembali. Jantung Rohman berdegup kencang, pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Apa yang Maya lakukan di belakangnya? Siapa sebenarnya orang ini? Sudah berapa lama hal ini tak ia ketahui? Setelah membuka pesan yang baru saja masuk akhirnya semua tanyanya terjawab, darah seperti naik dengan cepat menuju kepalanya, jantungnya berdegup makin kencang. Bahkan berita di televisi sudah tak ia perdulikan lagi setelah melihat sebuah nama di handphone istrinya. Nama yang telah ia kenal sejak dulu, nama yang sudah dikubur dalam-dalam oleh sang istri, nama yang pernah ia singkirkan saat berusaha mendapatkan pujaan hatinya.

‘Aku WAHYU, mantan kekasihmu’

***

                Dua tahun telah berlalu sejak Rohman mengetahui apa yang terjadi di belakangnya antara istrinya dan mantan kekasihnya. Ia tak pernah sedikitpun menyinggung masalah tersebut, lebih memilih diam demi menjaga keutuhan rumah tangganya. Amarah dan beribu pertanyaan di dalam pikirannya lebih ia pilih untuk menyimpannya sendiri, rapat-rapat di dalam hatinya tanpa membiarkan seorangpun untuk mengetahuinya. Selama Wahyu tak mencoba untuk menyentuh Maya, ia lebih memilih untuk bersabar dan percaya kepada istrinya. Tapi jika suatu saat Wahyu sampai berani untuk menemui bahkan menyentuh istrinya, mungkin ia bisa melakukan hal yang tak pernah ia inginkan untuk terjadi, bahkan semua amarahnya yang ia simpan sampai saat ini bisa saja ia luapkan hingga membuatnya kehilangan kesadaran dan akal sehatnya.

Ternyata Wahyu bukanlah orang yang pantang menyerah. Setelah pesan-pesannya tak pernah di gubris lagi oleh Maya, ia tak kehabisan akal, lewat teman-teman dekatnya ia mencoba untuk mencari tahu di mana tempat tinggal Maya. Sampai akhirnya Wahyu mengetahuinya dan hampir seminggu ia telah mengintai kediaman sang mantan kekasihnya. Mempelajari kapan rumah itu sepi, kapan Rohman pergi dan pulang kerja, siapa saja yang sering berkunjung ke rumah tersebut dan bagaimana keadaan di rumah tersebut. Entah apa yang sedang ia rencanakan di dalam otaknya, yang jelas rasa cintanya yang mendalam kepada Maya dan dendamnya kepada Rohman yang telah merebut kekasihnya, membuatnya tak bisa hidup tenang sebelum melihat rumah tangga itu hancur.

10 April 1993 adalah hari dimana awal bencana di keluarga Rohman terjadi. Setelah seminggu mengamati kediaman Rohman, malam itu pukul 23:00 Wahyu menyelinap memasuki rumah keluarga tersebut. Ia mengendap-endap memasuki pekarangan rumah,membawa gulungan tambang dan sebuah pistol di dalam kantongnya. Entah apa yang sedang ia rencanakan. Wahyu melongok ke jendela, terlihat Rohman sedang tertidur lelap di sofa, ia kemudian berjalan menuju pintu belakang. Setelah mengutak atik gagang pintu, ‘cklak’ pintu berhasil dibuka, masuklah ia ke dalam dapur, kemudian diam-diam menyelinap ke ruang tamu tempat Rohman sedang tertidur lelap. Perjalan pelan-pelan di belakang sofa kemudian dengan cepat memukulkan gagang pistolnya ke kepala Rohman hingga membuatnya tak sadarkan diri. Darah segar terlihat mengalir dari dahi Rohman mengalir menuju pipinya. Ia kemudian menggotong tubuh Rohman yang tak sadarkan diri, membawanya menaiki tangga menuju ke lantai dua.

Wahyu membuka kamar Maya, terlihat perempuan cantik itu sedang tertidur lelap bersama putrinya. Kemudian menyandarkan tubuh Rohman ke dinding kamar dengan posisi terduduk di lantai. Mengeluarkan kain yang telah ia berikan obat bius, ia tempelkan kepada Maya dan anaknya yang masih berusia dua tahun. Sang anak langsung terlelap dalam alam bawah sadar, sementara Maya sempat memberontak tapi akhirnya kalah juga, tubuhnya mulai melemas, matanya kemudian terpejam dan akhirnya obat bius tersebut bekerja mematikan kesadarannya. Segera ia membawa Arin dan menidurkannya di kamar sebelah, kemudian mengunci pintunya. Lalu mengambil kursi dari ruang makan dan bergegas menuju ke kamar Maya lagi. Diangkatnya tubuh Rohman, didudukkan ke kursi tersebut, kemudian mengikatnya dengan erat menggunakan tambang. Mulut Rohman pun ia sumpal dengan kain agar ia tak bersuara saat sadar nanti.

Setelah mengikat Rohman di kursi, menghadap ke kasur tempat Maya yang sedang diikat tangan dan kakinya ke ujung tempat tidur oleh wahyu. Lalu ia menuju toilet di kamar tersebut, membawa segayung air, kemudian menyiramkannya ke wajah Rohman yang terikat di kursi. ‘BYUUUUR’ perlahan kesadaran Rohman kembali,pandangannya masih kabur, sakit yang teramat sangat mulai ia rasakan di dahinya. Setelah pandangannya kembali jelas ia melihat sang istri tercinta sedang terikat tangan dan kakinya. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan, tapi usahanya sia-sia, ikatan tersebut terlalu kencang membelit seluruh tubuhnya. Suaranya pun tak bisa keluar karena tersumpal oleh gumpalan kain. Lalu sesosok pria terlihat keluar dari kamar mandi, membawa segayung air, itu adalah sosok yang ia kenal, pria bertubuh atletis, dengan wajah oval. Gaya rambut disisir ke belakang dengan rapi bagai mafia. Dia adalah Wahyu, mantan kekasih istrinya. Matanya melotot memandangi pria tersebut, ia semakin keras mencoba untuk melepaskan diri. Lelaki di hadapannya hanya tersenyum melihat Rohman yang terus menggeliat mencoba melepaskan diri dari ikatannya.

Wahyu berjalan mendekati Maya yang masih terbius di atas kasur. Sementara Rohman tak henti-hentinya mencoba melepaskan ikatan di tubuhnya. Mencoba berteriak dalam sumpalan. Mencoba menghentikan Wahyu yang ingin berbuat jahat kepada istrinya yang paling ia cintai.

“Apa kabar Tuan Rohman yang terhormat?” tanya Wahyu berbasa basi.

“Oh, tentu baik-baik saja bukan, benar-benar  membahagiakan. Istri yang cantik, anak yang lucu, rumah yang bagus. Kehidupan yang sempurna,” lanjutnya.

“Mungkin kau bertanya-tanya apa yang aku lakukan di sini? Aku hanya ingin mengambil apa yang dulu pernah kau rebut dariku Tuan, wanita yang sangat aku cintai, yang tiba-tiba meninggalkanku hanya karena ada seorang pria mapan yang melamarnya. Kau tau betapa hampanya hidupku setelah kau mengambilnya dariku? Betapa kau telah menhancurkan hidupku Tuan? Malam ini akulah yang akan menghancurkan hidupmu, yang akan membuat kebahagiaanmu berakhir. Aku kembali untuk membalas semua yang telah kau lakukan terhadapku, nikmatilah karmamu! “

‘BYURRRR’ disiramkanya air di gayung ke wajah Maya, seketika wanita cantik itu tersadar. Matanya terbelalak melihat sosok Wahyu.

“Sssst... jangan berteriak sayang, atau akan ku buat sebuah lubang tepat di kepala suamimu tercinta,” ucap Wahyu sambil menodongkan pistol ke arah Rohman.

“Apa yang ingin kau lakukan? apa yang kau mau? Lepaskan suamiku, Mana anakku?” jawab Maya panik.

“sssstt... tenang sayang, semua akan baik-baik saja selama kau menuruti semua perkataanku, anak dan suamimu akan selamat asal kau tidak berbuat hal yang macam-macam,” ucap Wahyu sambil menaruh jari telunjukknya di bibir Maya.

“Baiklah, tapi tolong jangan sakiti mereka, aku akan lakukan apapun yang kau mau, uang, perhiasan, apapun yang kau mau ambillah,” jawab Maya sambil meneteskan air mata.

“aku tidak menginginkan hartamu, aku tak butuh semua itu sayang,” tangan Wahyu mebelai belai pipi Maya.

“Lalu apa yang kau inginkan, tolong jangan kau ganggu rumah tanggaku,” pinta Maya memelas.

“KAMU!, kamulah yang aku inginkan, malam ini kau adalah milikku,” perlahan-lahan Wahyu mulai membuka pakaian yang dikenakan Maya.

Maya  terdiam tak berdaya, jika ia berteriak maka suaminya akan dibunuh, ingin memberontak pun ia tak bisa, tangan dan kakinya terikat ke ujung tempat tidur. Ia hanya bisa memejamkan kedua matanya, air mata terus mengalir dari kedua mata indahnya.

Malam itu, Wahyu memperkosa Maya di depan mata Rohman, Rohman terus memberontak mencoba melepaskan diri, berteriak semampunya, bulir-bulir air mata mengalir deras menetes dari wajah Rohman dan Maya. Ia tak bisa berbuat apa-apa melihat istrinya yang paling ia cintai di gagahi di depannya. Begitupun Maya, ia hanya bisa terdiam menahan malu dan rasa bersalah kepada suaminya. Malam itu adalah malam terburuk dalam hidup kedua pasangan tersebut. Dan malam itu pula asal mula bagaimana Okta tercipta di dunia ini.

‘AKAN KUBUNUH KAU WAHYU!,’ ucap Rohman dalam hatinya yang penuh amarah.
Bersambung...





Related Posts:

Alasan Paling Mengguncang Mengapa Kita Menulis

Apa alasan Anda menulis?
Terkenal?
Ingin dikagumi orang?
Sekedar menaikkan gengsi diri ingin disebut penulis? Ingin disebut intelek?

Pantas, jika sampai sekarang hobi menulis malah membuatmu makin bangkrut!

Sebuah kalimat menggelegar saya baca waktu saya ke warung. Saya baca kalimat itu dari TV yang sedang menayangkan almarhum Bob Sadino. Sebuah kalimat muncul, terbaca oleh saya, dan seketika dada saya terguncang dengan sebuah cambukan. Cambukan peringatan, tentang apa alasan mengapa saya harus menjadi penulis.

Kalimat yang sangat mengguncangkan itu adalah, pertanyataan Om Bob yang berbunyi, "Saya tidak mau pengalaman dan pengetahuan saya ikut terkubur."

Itulah!
Ya, itulah seharusnya alasan mengapa kita menulis
"Saya tidak mau pengalaman dan pengetahuan saya ikut terkubur."
Itu alasan paling dahsyat, paling keras, dan paling membakar, untuk apa seharusnya kita menulis

AKU MENULIS KARENA TIDAK INGIN PENGALAMAN DAN PENGETAHUANKU IKUT TERKUBUR
Jadi
Mengapa setiap inspirasi kita tulis
Mengapa setiap kejadian
......setiap pengalaman
.......setiap hikmah
......setiap hal mengesankan, dan segala hal baik dan berguna itu kita tulis?

Mengapa saya menulis setiap hari?
Mengapa pengetahuan menulis ini tekun terus kita pelajari, kita gali, kita asah, kita perdalam?
Dan mengapa begitu ingin KARYA TULIS KITA DIBUKUKAN DAN DITERBITKAN?

Maka alasan paling mencambuk adalah,

KARENA TIDAK INGIN SEMUA ITU IKUT TERKUBUR SAAT KITA DIKUBURKAN

Jadi seharusnya, yang saya teriakkan kepada diri sendiri saat menulis itu ini.

KARENA SAYA TIDAK MAU PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN SAYA TERKUBUR BERSAMA MAYAT SAYA.\

Related Posts:

Jilboob Menurut Asma Nadia

Satu dari sejuta kekaguman saya pada Bu Asma, cara-cara pandangnya yang bijak. Dari segala hal, dia lebih senang melihat sisi baiknya. Sudah lama ini mau saya tuliskan. Berbagai kendala, waktu dan kesibukan kerja menjadikan penulisan tertunda. Inspirasinya datang setelah nonton salah satu acara TV One yang membahas fenomena "Jilboob", yaitu berjilbab sambil lekak-lekuk tubuh kelihatan yang kian marak di kalangan perempuan remaja, dan kalangan perempuan yang butuh diremajakan, hehe. Melihat fenomena ini, terutama di social media, banyak orang mencela-cela. Menyebutnya sebagai penistaan agama. Bahkan ada yang teriak, dari pada menutup badan tapi tetap kelihatan aurat, sudah saja telanjang. Haduh nih orang, bukannya menginginkan kebaikan, malah menghalang-halang. Jangan begitu atuh Say.

Menariknya, Asma Nadia sangat bijak dalam mengambil sudut pandang. Dia ungkapkan, dengan bahasa lembut, dan mengalir lancar, bahwa para wanita yang memakai pakaian dengan lekak-lekak lekuk kelihatan itu belum tentu sebuah keburukan. Bisa jadi itu prosesnya buat memakai jilbab lebih tertutup lagi. Sebab tidak semua orang bisa mengenakan jilbab dengan mudah. Berbagai halangan mereka dapatkan, ada halangan dari keluarganya, ada halangan dari lingkungannya, teman-temannya, dan orang yang memakai jilbab ketat itu, bisa jadi bukti keinginannya sedikit demi sedikit menjalankan agama.

"Kita hargai teman-teman yang berproses, tapi sambil kita rangkul mereka, jangan sampai mereka baru mulai pengen pake jilbab kemudian, (karena kita sinis kepada merekam dengan mengatakan) ih kok jilbabnya begitu sih, akhirnya mereka malah menarik diri, malah jauh. Jadi.." cukup sampai di sana ungkapannya, terpotong oleh Astri Ivo yang juga bintag tamu.

Saat saya mengingat ini, saat mengingat Asma Nadia dan sikap bijaknya dalam memandang fenomena-fenomena kekeliruan di kalangan remaja, saya membuka buku "Salon Kepribadian". Seketika air mata ini mengambang, membaca kata-kata di dalamnya, dan merasakan kata-kata Mbak Asma di dalamnya sebagai pesan penuh kasih sayang. Betapa dia ingin remaja negeri kita, . Penuh kasih sayang kepada remaja, supaya menjadi pribadi yang berkasih sayang. Kasih sayang kepada dirinya sendiri, dengan memberinya pakaiannya yang baik, bersikap baik, dan berkata-kata yang baik. dan berkasih sayang kepada orang lain, dengan mengatakan kata-kata membahagiakan, dan tidak mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Buku "Salon Kepribadinya" meski memakai kata salon, sama sekali bukan membahas suasana salon kecantian, ini buku salon kepribadian, dan ungkapan-ungkapan di dalamnya penuh kasih sayang.

Misalnya dalam buku ini, Mbak Asma memberikan nasihat, supaya dalam berkata kepada sahabat, kita mesti berjaga-jaga. Antara lain mbak Asma memberikan nasihat, jangan "Merusak Kebahagiaan Teman", Baliau contohkan "Misalnya gini, ada teman yang lagi cerita, semangat banget soal ultahnya, terus dapat kado seru dari papanya, tiba-tiba terdengar komentar seorang muslimah, "Iiih, itu kan nggak syar'i."  Komentar seperti itu sangat cepat mematikan kegembiraan seseorang."

Dia sampaikan, mestinya berita itu disambut gembira dengan komen positif, dan jika pun ada bagian dari curhatnya yang bertentangan dengan agama, pikir ulang dulu sebelum berkata, dan cari waktu yang tepat buat menyampaikana, kesempatan yang sekiranya dia siap menerima saran dan masukan dari kita. Itu satu bab saja. Bab yang lainnya lebih asyik lagi, dengan bahasa akrab, mudah dicerna serta contoh-contoh yang asyik buat dibaca, Mbak Asma terus mengalirkan nasihat bijaknya.

Related Posts:

JANGAN SAKITI MALAIKATKU

JANGAN SAKITI MALAIKATKU
Oleh: Arev Culle’

Okta keluar dari kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 23:50. Dia berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Terlihat membawa benda yang berkilau di tangan kirinya. Suara langkah kakinya di tangga memecah kesunyian malam itu. Pintu kamar orang tuanya terlihat sedikit terbuka. Ia mengintip sebentar kemudian berlalu pergi. Kamar kakaknya lah yang sedang ia tuju. Ia putar gagang pintu kamar kakaknya, ‘cklak’ ternyata tidak dikunci. Pelan-pelan ia buka pintu tersebut lalu  diam-diam masuk ke dalam dan menghampiri kakaknya yang sedang tertidur lelap.

Arin, sang kakak kemudian membuka matanya. Sudah hampir 10 menit sejak Okta memasuki kamarnya. Kini yang ia lihat adalah adiknya yang sedang duduk di sampingnya, di atas kasur. Ia seperti merasakan perih yang teramat sangat di bagian tangannya. Sadar kakaknya telah bangun, Okta kemudian menunjukkan sesuatu kepadanya di dalam kegelapan. Sambil tersenyum Okta mendekatkan sebuah potongan jari kelingking yang berlumuran darah ke wajah kakaknya. Mata Arin melotot melihatnya, tetesan darah segar menetes dari potongan jari tersebut, setetes-demi setetes jatuh ke wajahnya. Ia mencoba untuk berteriak. Tapi belum sempat Arin berteriak tiba-tiba ‘JLEB’ sesuatu yang dingin dan bersinar memantulkan cahaya bulan dari jendela kamarnya terasa menembus dada bagian kirinya. Seketika suaranya terhenti, rasa dingin dan perih menjalar ke seluruh tubuhnya. Kemudian terlihat Okta mencabut benda itu. Seketika darah segar mengalir membasahi bajunya, terus meresap hingga sprei kasurnya ikut memerah. Darah segar pun menetes dengan deras dari benda berkilau tersebut. Arin hanya bisa melotot memandangi wajah adiknya.

Jam tua di ruang tamu bawah terdengar berdentang menandakan tepat pukul 00:00. Kemudian Okta mendekatkan wajahnya ke telinga Arin. Lalu sambil tersenyum ia membisikkan sesuatu sebelum Arin menghembuskan nafas terakhirnya.

“Selamat ulang tahun Kakak....”

***

                10 April 1994 adalah hari yang bersejarah untuk Okta. Hari itu ia dilahirkan ke bumi ini dari rahim seorang wanita bernama Maya. Tak seperti orang tua kebanyakan, Rohman suami Maya terlihat tidak begitu senang dengan kelahiran putranya itu. Ia bersama Arin, putrinya yang saat itu masih berumur 3 tahun dan Somad mertuanya terlihat masih duduk di luar ruang operasi menunggu proses persalinan Maya. Tak lama kemudian seorang suster keluar dari ruang operasi,

“Keluarga Ibu Maya?” ucapnya sambil tersenyum.

“Iya kami Sus,” jawab Rohman panik.

“Selamat Pak, anak Bapak seorang laki-laki, silahkan masuk untuk melihatnya,” ucap sang Suster.

Kemudian Rohman, putrinya beserta mertuanya masuk ke dalam ruangan untuk melihat kondisi Maya dan bayinya. Terlihat istrinya sedang menggendong bayi yang sedang menangis kencang, senyum bahagia terpancar dari wajah Maya, bahkan terlihat air mata menetes dari kedua kelopak matanya yang sayu. Mengalir membasahi pipinya yang halus. Rohman terlihat hanya tersenyum simpul. Bahkan ia tak mau mengadzani bayi tersebut, sehingga Somad, ayah Maya yang akhirnya mengadzani cucunya itu.

“Untunglah kamu selamat, kalau sampai terjadi sesuatu terhadapmu aku tak akan pernah memaafkan anak itu,” ucap Rohman.

“Jangan kau benci anak ini Mas, anak ini tak berdosa. Biarlah aku yang menanggung semua kesal dan amarahmu. Jika kau ingin membenci, bencilah aku,” jawab Maya lirih.

“Seandainya bisa, aku pasti sudah sangat membencimu De, tapi entah kenapa rasa cintaku yang begitu dalam kepadamu membuatku tak bisa melakukannya”.

“Aku tau aku sangat berdosa kepadamu, jika kau bisa memaafkanku, kenapa kau tak bisa memaafkan anak ini juga?” tanya Maya.

“Dia bukan anakku!” ucap Rohman tegas.

Seketika suasana menjadi hening, Somad hanya bisa tertunduk mendengar percakapan anaknya dengan menantunya tersebut. Sementara Arin terdiam, tangannya terus menggandeng tangan ayahnya. Si jabang bayi telah berhenti menangis dan terlihat sedang mengendus-endus payudara Ibunya, mencari letak puting susu, untuk mendapatkan asi pertamanya. Air mata kebahagiaan Maya terlihat telah mengering, berganti dengan air mata kesedihannya yang deras menetes membasahi pipinya, melewati lesung pipinya yang manis terus mengalir ke dagunya  lalu menetes membasahi kepala si jabang bayi yang sedang asik menyusu.

“Mau kau namai siapa anak ini Mas?” tanya Maya.

“Terserah kau saja De, aku tak ingin memberikan nama apapun kepadanya, “ jawab Rohman ketus.

“Kalau begitu, ia akan kuberi nama OKTA DWI KURNIA,” ucap Maya sambil menciumi kepala si jabang bayi.

“Arin, sini nak, sapa adikmu ini, Okta namanya,” panggil Maya kepada putrinya.

Arin kemudian melepas tanganya dari gandengan sang ayah, lalu menghampiri sang Ibu dan adiknya. Ia terlihat sangat gembira, seperti berbicara sendiri kepada sang bayi. Sambil tangannya mengelus-elus pipi sang bayi yang masih kemerahan. Rohman kemudian duduk termenung di kursi dekat kasur. Ia seperti memikirkan sesuatu. Pandangannya kosong melihat ke arah istri dan kedua anaknya yang sedang bercanda-canda. Sementara mertuanya terlihat keluar ruangan lalu menelpon sanak saudara mereka yang lain untuk memberitahukan kabar gembira atas kelahiran cucunya tersebut.

***

Hari demi hari, bulan berganti bulan dan tahun demi tahun berlalu. Kini Okta sudah berusia 5 tahun. Tahun depan ia sudah tak sabar ingin merasakan bangku sekolah dasar. Sementara Arin kakaknya sekarang sudah kelas 3 SD. Arin tumbuh menjadi gadis yang nakal. Tak jarang ia menghina dan membuat nangis adiknya sendiri. Mungkin karena sering melihat ayahnya yang suka memarahi dan ringan tangan terhadap adiknya. Anak-anak banyak mempelajari sesuatu dari apa yang ia lihat dan dengar dari sekelilingnya. Jika lingkungannya baik, maka kemungkinan baik pula perilaku anak tersebut. Begitu juga sebaliknya. Apalagi tingkah laku orang tua yang setiap hari mereka lihat dan dengar. Kehidupan Okta bukanlah kehidupan masa kecil yang mudah, mungkin jika Ibunya tak sangat menyayanginya, ia kini sudah menjadi anak yang cacat atau bahkan lebih parah dibuang di jalanan. Tapi Ibunya tak pernah membiarkan itu terjadi, Sang Ibu selalu membela dan menjadi malaikat penyelamat untuknya ketika amarah dan kenakalan Ayah dan kakaknya mulai tertuju kepadanya. Bahkan tak jarang ia melihat Ibunya menjadi sasaran pukulan dan tamparan Ayahnya di depan matanya sendiri.

Kasih sayang dari Ibunya membuat Okta masih bisa merasakan senyum kebahagiaan di rumah yang suasananya kurang bersahabat untuknya. Ketika akhir bulan tiba, Ayahnya terbiasa membawakan makanan-makanan enak dan mainan untuk kakaknya. Tapi tidak pernah sekalipun Okta merasakannya. Bahkan robot-robotan gundam, satu-satunya mainan kesayangan yang ia punya didapatkan dari hasil menabung ibunya setiap hari. Lalu dibelikannya mainan itu secara diam-diam. Ketika ditanya oleh Rohman, Maya hanya menjawab itu adalah mainan bekas tetangganya yang diberikan kepada Okta. Jika Rohman sampai tau mainan itu adalah hasil tabungan dari sisa uang belanja yang diberikan kepada Maya. Mungkin mainan itu sudah habis dirusak oleh Rohman dan Maya akan babak belur dimarahinya.

***


Dulu Rohman adalah pria yang sangat penyayang. Bahkan berteriak kepada Maya pun tak pernah sekalipun ia lakukan, apalagi sampai menampar atau memukulnya. Ia begitu menyayangi istrinya itu. Istri yang telah ia cintai sejak masih di bangku SMP. Tapi ia tak pernah berani untuk mengungkapkannya. Barulah setelah mapan dan memiliki pekerjaan tetap, ia beranikan diri untuk melamar sang pujaan hatinya itu. Maya yang saat itu masih memiliki kekasih akhirnya menerima lamaran Rohman dan memutuskan hubungannya dengan sang kekasih. Bukan karena cinta ataupun sayang. Tapi orang tua Maya yang sudah terus memaksanya untuk segera berkeluarga. Sementara sang kekasih terlihat belum ada keseriusan untuk melamarnya. Akhirnya demi membahagiakan orang tuanya, Maya menerima lamaran Rohman dan mereka segera menikah.

Tahun pertama pernikahan, mereka begitu harmonis, terlihat mulai tumbuh benih-benih cinta di dalam hati Maya. Rohman pun begitu sangat menyayangi istrinya. Apapun ia lakukan hanya untuk membuat sang istri tersenyum bahagia. Kebahagiaan  selalu terpancar dari wajah Rohman, ia merasa sebagai pria paling beruntung di dunia. Wanita yang ia idam-idamkan dan cintai sejak lama, akhirnya kini menjadi miliknya. Kerja keras dan usahanya untuk meraih kemapanan membuahkan hasil. Hidupnya kini terasa sempurna, harta, pekerjaan dan wanita pujaannya kini telah ia dapatkan semua. Bahkan di tahun kedua pernikahannya, kebahagiaannya makin sempurna dengan lahirnya seorang anak perempuan dari buah cinta mereka, ARINI EKA HIDAYAT namanya, mengambil nama belakang dari sang ayah yang berbahagia ROHMAN HIDAYAT.

Namun kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Wahyu, mantan kekasih Maya tiba-tiba hadir di tengah rumah tangga mereka. Tanpa sepengetahuan Rohman, Wahyu mulai mencari tahu keberadaan Maya, lalu mencoba menghubunginya. Akhirnya lewat perantara Facebook, Wahyu berhasil mendapatkan nomer Maya. Maya yang sadar ia telah memiliki suami dan seorang anak, mencoba untuk tak terlalu menggubris Wahyu agar keutuhan rumah tangganya tetap terjaga. Sementara Wahyu sedikit demi sedikit mulai mencoba masuk ke dalam kehidupan rumah tangga mereka, lewat alih-alih sekedar bersilaturahmi dan menjaga hubungan baik. Maya pun tak ingin berfikir negatif, walau merespon tiap pesan yang di kirimkan oleh Wahyu, ia tetap merespon seperlunya dan tak membalasnya jika memang bukan hal yang penting. Bahkan riwayat obrolan dan kotak masuk di handphonenya langsung ia hapus agar Rohman tak cemburu dan berburuk sangka kepadanya.

Hingga pada suatu hari saat Rohman dan Maya sedang menonton tivi di ruang tamu, tiba-tiba handphone Maya bergetar. Terlihat di layar ada panggilan masuk dari sebuah nomor. Ia sadar itu adalah nomor mantan kekasihnya yang sengaja tak ia simpan. Jantungnya berdegup kencang, ia putuskan untuk tak mengangkat telepon itu. Beberapa menit kemudian akhirnya handphonenya berhenti bergetar.

“Dari siapa De, kok ga di angkat?” tanya Rohman.

“Dari nomor asing Mas, udah biarin aja paling orang iseng,” jawab Maya panik.

Kemudian handphone kembali bergetar, nomor yang sama kembali memanggil.

“Itu bunyi lagi De, coba angkat dulu siapa tau penting,” ucap Rohman.

“Iya Mas,” jawab Maya ragu-ragu.

Ia terus memandangi handphonenya, berharap benda itu segera berhenti bergetar dan tak berbunyi lagi. Tapi kemudian ia berpikir, jika sampai Mas Rohman yang mengangkat bisa gawat nantinya. Akhirnya ia ambil handphonenya dan memencet tombol bergambar gagang telepon warna hijau di handphonenya.

“Halo assalamu’alaikum”.

“Wa’alaikumsalam May, kok lama sih ngangkatnya?” tanya Wahyu.

“Wah maaf Mas, salah sambung. Kami ga pernah memesan asuransi,” jawab Maya mengarang.

“Kamu ngomong apa sih May?” tanya Wahyu heran.

“Iya Mas, terima kasih. Tapi maaf kami belum butuh. Jangan menelpon ke sini lagi ya Mas,” jawab Maya kemudian langsung memencet tombol merah di handphonenya.

Tut... tut... tut... telepon terputus.

“Dari siapa De?” tanya Rohman.

“Itu Mas, biasa sales asuransi lagi cari konsumen,” jawab Maya coba menutupi.

“Oh tumben kok asuransi nelpon malem-malem ya?” Rohman sedikit heran.

“Ahh lagi kejar target mungkin mereka, udahlah ga usah dipikirin, ke kamar aja yuk Mas, Arin udah bobo kayanya, aku kedinginan nih, pengen yang anget-anget,” rayu Maya mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Hahaha, bisa aja kamu De, yaudah ayo, Mas juga pengen cari yang anget-anget nih,” jawab Rohman manja.

Tiba-tiba handphone Maya kembali bergetar, ada satu pesan masuk. Maya membukanya, ‘Kamu kenapa si May, ini aku Wahyu’.

“Sms dari siapa De?” tanya Rohman.

“Dari Operator Mas, masa aktifnya mau habis katanya, hahaha,” jawab Maya asal.

“Yaudah ayo kita ke kamar De,” ajak Rohman.

“Yaudah Mas duluan aja, aku mau kunci pintu sambil liat Arin dulu, nanti aku susul,” jawab Maya.

“oh, yaudah jangan lama-lama ya”.

“Iya sayaaaaaang, tunggu aku ya,” jawab Maya sambil mencium Rohman.

Rohman pun naik ke lantai atas, menuju kamar mereka. Maya lagsung membuka handphonenya lalu membalas pesan dari Wahyu, ‘Iya aku tau, aku sudah berkeluarga. Tolong jangan pernah hubungi aku lagi!’. Setelah pesan terkirim ia segera  menghapus pesan masuk dan pesan keluarnya, lalu mematikan handphonenya, kemudian meletakkanya di atas meja. Ia segera mengunci pintu rumahnya, kemudian naik ke lantai dua, mengintip putrinya yang sedang tertidur di ranjang kecil di dalam kamar. Perlahan-lahan ia tutup pintu kamar agar putrinya tak terbangun. Lalu segera menuju ke kamarnya, menemui suaminya yang telah menunggunya.

Bersambung...

Related Posts:

MENYAYANGI DIRI SENDIRI

Terinspirasi Bismilllah, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, mari kita jalani hidup ini dengan penuh kesih sayang. Sebuah ajakan basi namun nyatanya, masih belum bisa sepenuhnya kita lakukan sampai sekarang. 

Menyayangi orang lain, menyayangi diri sendiri, menyayangi lingkungan, menyayangi pekerjaan.

Seorang teman kerja saya, Alie Isfah namanya, bisa menjadi inspirasi bagaimana cara menyayangi diri sendiri. Sebuah rasa penasaran timbul dalam benak saya saat  menemukan mengapa di kamar mandi ada garam. Untuk apa itu garam, apa gunanya itu garam. Pernah mendengar garam bisa membunuh bakteri, mungkinkan garam ini suka digunakan buat mencuci? Tapi siapa juga karyawan di sini yang mencucinya menggunakan garam? Dari pana pula ilmunya. Jika benar demikian, betapa inovatifnya dia. Penemuan ini bisa dikembangkan menjadi bisnis besar tentunya. Tapi siapa.

Waktu saya jujur bertanya terus terang kepada sesama karyawan, mereka jawab, yang menyimpan garam di kamar mandi itu Alie Isfah. Saya tanya lagi, memangnya buat apa? Mereka jawab, mungkin buat wajah.

Lho kok bisa?

Belum puas rasa penasaran, saya tanyakan langsung kepada orangnya.


"Mas Alie, beneran itu garam buat wajah?"

"Iya, coba saja!"

"Dicampur lotion lain tidak?"

"Tidak, cukup garam saja. Coba, kepada wajah jadi lebih halus."


Hahaha, ada-ada saja. Dari mana pula ini orang menemukan idenya. Tapi memang benar. Alie Isfah putih bersih wajahnya.

Bagi saya, teman karyawan satu ini, inspirasi indah bagaimana cara berkasih sayang. Dia inspirasi saya bagaimana mencintai diri sendiri. 

BERILAH MAKANAN YANG BAIK
BERILAH PAKAIAN YANG BAIK
TIDURLAH CUKUP
BERSIHKAN GIGI, BERSIHKAN KAKI

Bukan hanya kepada diri sendiri, kepada kawan pun begitu, Alie Isfah lebih suka berkasih sayang. Jika terjadi masalah, dia lebih suka menyanggah secara halus daripada frontal melakukan perdebatan. Saya perhatikan, caranya berdebat dengan orang di facebook, dia lebih suka berlemah lembut daripada bersikap kasar menyerang. Dengan saya juga pernah, tapi bukan di facebook. Ini dalam keseharian. Jadi ceritanya, kebiasaan pagi saya adalah menyediakan nasi buat sarapan. Sangat mudah, tinggal mencuci beras, memasukkannya ke mejikom, nyalakan, cuma itu yang saya lakukan. Tinggal menunggu sekitar satu jam, sambil facebookan, dan...matang. 

Waktu Alie Isfah makan, dia katakan, nasi masakan saya terlalu keras. Untuk sekali ini saya berkata, "Oh ya!". Dan diam meski dalam hati berkata, saya memang suka nasi keras daripada lembek. Nasi lembek itu makanan orang sakit usus. Alie Isfah katakan, supaya lembek, setelah airnya kering, nasi itu harus diaduk. Saya diam tidak menjawab. Untuk kali ini, hati bisa saya damaikan. Namun hari berikutnya, saya nanak nasi lagi. Waktunya Alie Isfah makan, kembali lagi dia berkomentar, "Siapa saja yang menanak nasi, ini supaya tidak keras, setelah airnya kering, nasinya diaduk-aduk..." Bukannya saya terima, malah saya sanggah, "Ya, besok-besok yang masak Mas Alie saja" sinis, dan beberapa menit tidak mau lagi bicara. "Masak sendiri saja. Saya lebih suka nasi yang keras."

"Ok ya ya."

Sudah, tidak dia teruskan. Padahal sikap saya barusan. sangat tidak menyenangkan. Suatu kesombongan, menolak nasihat orang. Setelah itu, saya tidak bicara. Diam saja, tidak menyahut saat ditawari makan. Namun saya, tak bisa berdiam lama. Ada lagu, ada film yang jadi topik perbincangan karyawan, tidak tahan ingin memberikan komentar, dan Alie Isfah pun masuk para obrolan, komunikasi pun kembali cair. 

Related Posts:

TEKAD SAYA DI KOTA INI

Kalau pun saya tidak jadi kerja di sini, saya akan minta ijin buat numpang hidup, saya akan melakukan bisnis sendiri. Saya akan menghabiskan waktu buat konsesntrasi menulis buku, saya akan jualan menawarkan barang, saya akan melakukan berbagai cara supaya saya mendapatkan uang di sini....dengan cara saya dan tidak terikat aturan perusahaan. 

Saya akan tetap di sini, betah euy.


Biar saya menjadi gelandangan sekalipun, biar saya menjadi orang gila sekalipun. Kalau pun saya gagal dan bangkrut, itu menarik, dan jika berhasil, justru itulah yang saya inginkan. 

Saya akan menawarkan sebanyak mungkin barang via facebook, dan melakukan bisnis sambil melakukan banyak sedekah.

Saya akan menekuni sebuah bidang pengetahuan, kemudian menyampaikannya dengan tulisan. 

Apakah hal kecil bisa menjadi karya tulis besar?

Ingat, dari atom kecil, jika orang bisa membuka dan membelahnya, maka dia bisa menjadi energi besar. Energi nuklir, yang bisa menimbulkan energi reaksi fusi, atau reaksi berantai, yaitu saling tertumbuknya atom dan atom dan hancur dalam waktu singkat. Demikian juga dari hal apapun nama-nama di muka bumi ini, jika saya bisa membelahnya, membukanya, dan menyajikannya, maka itu bisa menjadi karya tulis besar. Sebuah tulisan yang energinya akan terus berantai, saling menumbuk seperti pengaruh bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. 

Maka, ide menulis itu bertebaran di mana-mana.

KONSENTRASI MENULIS

Seseorang sedang membelah kelapa. Saat membelah itu dia dikerubungi banyak orang. Orang-orang itu teriak mengomentari ini itu kepadanya. Nah, yang lebih cepat itu terus membelah kelapa atau terus mempedulikan omongan orang di kanan kiri. Terlalu mempedulikan omongan orang di kanan kiri, menghambat kecepatan mengupas kelapa.

CANGKIR KOTOR

Dari cangkir kotor yang menumpuk di wastafel, mengapa saat kita mau mencuci dan menatanya di lemari bisa mengubah seuatu yang berantakan dan kotor menjadi sesuatu yang indah? Itulah kehebatan dari sebuah tindakan! Bertindak, bertindak, dan bertindak! Takkan ada perubahan tanpa tindakan!

Related Posts:

Membangun Konsistensi Karakter dalam Cerita

"Dari kesemua kesalahan yang sering dilanggar, terkumpul daftar 101 Dosa Penulis Pemula. Sebenarnya masih banyak dosa yang sering dilanggar, tapi sementara, terhindar dari 101 dosa ini saja, sudah cukup untuk membuka kemungkinan masuk ke dalam surganya para penulis." 

"Dosa ke-60 adalah karakter tidak konsisten. Karakter tidak konsisten menunjukkan penulis tidak cukup menjiwai karakter yang dibangun. Karakter tokoh dalam sebuah cerita harus konsisten sebagaimana karakter manusia di dunia nyata. Di dunia nyata orang sabar akan senantiasa sabar, tapi ada saatnya mereka marah ketika muncul satu pemicu yang kuat hinga membuat kesabarannya habis."

Dua paragraf di atas, saya curi dari buku 101 Dosa Penulis Pemula, karya Pak Isa.

Lalu bagaimana trik membuat karakter konsisten dalam sebuah cerita?

Solusi dari Pak Isa adalah dengan MENGINGAT TOKOH DALAM KEHIDUPAN NYATA DENGAN KARAKTER YANG SAMA.

Ini dipratikkan Asma Nadia dalam menulis cerpen-cerpen dan novelnya. Ini ternyata satu dari sekian banyak modal Asma Nadia hingga karya-karyanya laris dirakusi pembaca. Saat menulis Aisyah Putri, Bu Asma mengingat kakak iparnya untuk konsisten dengan karakter kakak Aisyah Putri, demikian juga untuk membangun konsistensi karakter Windu, Bu Asma mengingat salah satu teman sekolah gokilnya. 

Bukan cuma Asma Nadia. JK. Rowling pun demikian saat membangun karakter-karakter dalam novel hebohnya: Harry Potter. Dia mengingat teman-temannya di masa kecil.

Related Posts:

PENGHARGAAN DI LEMBAH KEMATIAN

Suapan nasi sampai tertunda, saat pagi ini saya membaca detik.com yang menyebarkan fakta paling ramai di google saat ini, tentang Lembah Nirbaya, lembah kematian di Nusa Kambangan.

Saya baca ini pagi. Minggu, 18 Januari 2015. Malam tadi lembah ini harum dengan tetesan darah para pahlawan narkoba.

Semuanya 5 orang. Pengabdian mereka dalam bisnis peredaran obat haram, sukses meraih penghargaan. Berupa timah panas nan tajam yang langsung disematkan ke jantung mereka oleh regu penembak.

5 orang tervonis itu adalah Marco (Warga Negara Brazil), Denis(WN Malawi), Daniel (WN Nigeria), Tomi (WN Belanda) dan Melisa Aprilia (WNI). Bagi mereka, kematian ini baru pertama kalinya. Setelah meninggal, nyawa di badan mereka tidak ada.

Anda para pencinta narkoba, harus bangga dengan keberanian mereka. Demi Anda, mereka rela bisnis resiko lepas nyawa. Tanpa mereka, bagaimana bisa Anda penuhi kebutuhan Anda. Minggu ini bagi Anda merupakan hari perkabungan. Kenakan pakaian hitam, atau langsung datang mengantarkan jenazah salah satu mereka, antara lain Bu Rani alias Melisa Aprilia, yang akan dikebumikan di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Pulau Jawa Negara Indonesia Asia Tenggara Benua Asia Planet Bumi Tata Surya Mata Hari Galaksi Bima Sakti. Liang lahat tidur panjang Bu Rani telah dipersiapkan sejak sehari sebelumnya. Keluarga juga sudah pasrah dengan keputusan ini.

Ditunggu pahlawan berikutnya.

Related Posts:

Kekejaman Asma Nadia

Sebagian besar orang menangis terharu dengan sakit yang menimpa Asma. Saya tidak, justru nasib memilukan dialami seorang Anita. Bagaimana Dewa begitu kejam memperlakukannya. Coba baca kisahnya langsung di novel, pelukisan Asma Nadia untuk menggambarkan bagaimana nasibnya begitu kejam.
"Biarlah Dewa bertindak sesuka hati. Terus mengejar perempuan bernama Ra. Meski kecemburuannya tersulut, terutama ketika suaminya pulang telat dari kantor. Bayangan gadis bernama Ra yang mungkin menemani suaminya di luar, sulit dihilangkan dari kepala. Sebab hanya satu nama itu yang tak berhenti dicintai Dewa.

Cemburu berat menguras kesabaran Anita, semakin akut seiring kandungan yang kian tua.

Dia tak tahan lagi kehilangan sosok tulus Dewa yang siap membantu siapa pun.

Dan, perkataan laki-laki itu tadi pagi benar-benar menyakitkan.

"Kamu minta aku peduli akan anak, yang bahkan belum tentu darah daging aku."

Anita tercengang.

Ringan sekali tangan perempuan itu melayang ke wajah Dewa.

Namun, sikap naik darahnya berakibat Dewa berhenti bicara sepenuhnya. Meskipun sebagai istri dia sudah meminta-minta maaf. Bahkan siap bersimpuh dan mencium kaki lelaki itu.

Dia jatuh cinta pada Dewa, sangat menginginkan laki-laki itu ada di sisinya.

Sudah lama. 

Sebelum Anita mengira segalanya akan menjadi mudah untuk dijalani setelah lelaki itu mendampinginya.

Ternyata dia salah.

Dia yakin Dewa belum tidur dan bisa mendengar kata-katanya kemudian, yang bernada sedih.

"Kamu tahu, Mas. Aku kira segalanya mnejadi mudah buat menjalani hidup setelah Mas mendampingi."

Anita menconcongkan tubuhnya, hingga bibirnya begitu dekat dengan telinga lelaki di sisinya. Mulutnya mengembuskan kehangatan pada rambut-rambut halus di belakang telinga Dewa sebelum dengan penuh sesal berkata,

"Ternyata aku salah. Aku menikah dengan seseorang, yang bahkan ketika bilang cinta dia mengatakannya sambil membelakangiku."

*  *  *

Anda para wanita, cobalah raba. Andaikan Anita itu adalah diri Anda, bisakah Anda rasakan bagaimana pedih hatinya. Seorang wanita, yang telah begitu besar memberikan pengorbanan, namun sikap yang dia terima, sangat berkebalikan dengan cinta dan pengorbanan yang diberikannya. Sungguh, saya sangat tidak tega membaca ceritanya dari lembar ke lembar. 

Dan ini semua hanya akibat dari kekejaman Asma Nadia, memperlakukan nasib Anita begitu malang dalam novelnya.


Related Posts:

Wajahku Layak Diludahi

Namaku Nia, bulan Oktober tahun ini usiaku tiga puluh sembilan tahun. Malam ini seharusnya aku berada di villa kawasan puncak menikmati liburan tahun baru bersama keluarga.  Acara yang sudah dijadwalkan seminggu yang lalu bersama Bang Firman, suamiku, beserta anak-anak kami, Tio dan Nanda.

Tetapi, ternyata Tuhan berkata lain. Malam ini yang terjadi bukanlah sukaria bercengkrama dengan keluarga seperti yang direncanakan. Aku sendirian di stasiun kereta api, berjalan tak tahu arah tujuan. Sebentar berjalan, sebentar berhenti lalu duduk di kursi yang berderet di ruang tunggu stasiun. Sudah dua jam aku berada di sini tapi belum kuputuskan ke mana tujuanku.

Empat jam yang lalu aku seorang perempuan yang punya segalanya. Kehormatan, suami yang mapan dengan posisi di kantor cukup bagus tentu saja dengan penghasilan yang lumayan besar menurut ukuranku, anak-anak yang lucu dan pintar serta penyayang, rumah mewah di kawasan bergengsi dan beberapa kendaraan siap menemani ke mana pun pergi.

Tapi saat ini, aku hanyalah perempuan hina yang harus lenyap dari mulkabumi. Berbekal sebuah koper dan beberapa lembar uang di dompet aku hanyalah seonggok raga dan jiwa kotor yang setiap saat pantas diludahi. 

Aku merasa Tuhan marah sehingga Dia menghukumku untuk menebus semua kesalahan yang kulakukan.

CINTA LAMA KEMBALI MENYAPA

Semua berawal dari pertemuan dengan teman sekolah di Facebook. Tertera di notifikasi ada seorang yang ingin menjalin pertemanan. Tiba-tiba jantung berdetak cepat dan wajahku pun menjadi panas memerah membaca nama akun facebook tersebut.

Darma?!

Aku berdiam sejenak sambil terus menatap nama yang tertera di layar monitor. Gejolak di dalam dada semakin kendang ketika aku klik nama tersebut. Sebuah foto laki-laki dewasa tegap dan tampan terbuka. Aku perhatikan wajahnya banyak berubah, tapi masih bisa dikenali kalau itu Darma teman sekolah dulu, ketua OSIS yang menjadi pembicaraan teman-teman sekelasku karena kecerdasan dan ketampanannya. 

Sejak dulu aku mengaguminya, debaran hati yang spontan muncul persis seperti yang kurasakan saat berpapasan di sekolah. Aku merasakan ada kebahagiaan yang sangat walaupun hanya memandangnya di foto.

"Hah? Dia masih ingat aku," bisikku di antara bahagia yang membuncah. Padahal semasa sekolah dulu aku tidak pernah berani mendekat karena dia selalu dikerumuni cewek-cewek cantik. Aku hanya bisa memandang dari jauh dan bermimpi menjadi kekasihnya. Sampai lulus sekolah aku cuma bisa menggenggam mimpi-mimpiku saja.

Kini, setelah dua puluh tahun lebih tidak bertemu dan enam belas tahun pernikahanku dengan Bang Firman, Darma datang lagi menghiasi hari-hariku. Cinta monyet masa remaja kembali tumbuh, siang dan malam bayangannya selalu hadir. Aku jatuh cinta lagi.

Kali ini Darma menyambut cintaku. Betapa bahagianya, karena mimpiku sejak dulu menjadi kekasihnya sekarang terwujud. Aku merasa hari-hari sangat indah, ada bahagia sekaligus tersiksa ketika tidak bisa bertemu Darma. Pertemuan demi pertemuan kami jalani bersama, tentu saja tanpa sepengetahuan Bang Firman dan anak-anak.

DI ANTARA DUA PILIHAN

Empat bulan lamanya aku berhubungan dengan Darma tanpa ada hambatan yang berarti karena suami selalu tugas ke luar kota. Bang Firman pulang setiap Jum'at sore, Minggu sore sudah pergi lagi ke luar kota. Hal ini sudah berjalan hampir setahun dan membuatku lebih leluasa. Sampai suatu saat, Darma mengajakku menikah. 

"Nia, kamu harus bercerai. Kita saling mencintai dan kita harus menikah."

Aku tersentak, bagaimana dengan anak-anak? Aku tidak mungkin berpisah dengan mereka, dan Bang Firman juga tidak mungkin memberikan hak asuh mereka padaku jika terjadi perceraian. 

"Bagaimana? Kamu setuju, kan?" aku terdiam, rasanya sulit untuk menjawab.

"Bagaimana dengan istrimu?Anak-anakmu?" aku balik bertanya.

"Nia, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu. Perkawinananku tidak bahagia." Darma mencoba meyakinkanku, "Ayom Nia. Jujurlah pada diri sendiri. Kamu juga tidak bahagia, kan?"

Lagi-lagi aku terdiam.

SEMAKIN JELAS

Empat bulan mengenal Darma cukup banyak aku ketahui mengenai dia. Kami sering berbincang dari hal yang lucu sampai serius. Hingga suatu saat aku berhasil mengorek keterangan kalau dia sudah dua kali menikah. Dari istri pertama punya anak satu tapi sudah dua tahun berpisah tanpa status yang jelas. Maksudnya Darma mengabaikan permintaan cerai istri pertamanya, tapi dia pin tidak menafkahinya.

Dari istri kedua, Darma tidak memperoleh anak dan dia resmi bercerai di Pengadilan Agama. Dan yang membuatku kaget ternyata dia punya anak yang masih kecil dengan seorang perempuan yang tidak dinikahinya. Astaghfirullah. Tiba-tiba aku sadar, pantaskah Darma kuharapkan sebagai pendamping kelak? Dan masuk akalkah aku mengorbankan keluarga yang sudah kubangun dengan penuh perjuangan selama dua puluh tahun lebih? Semakin jelas, kini kalau aku harus menjauhi laki-laki yang tidak bisa diharapkan mampu memimpin keluarga ini.

Sejak itu aku tidak mau bertemu Darma. Aku berusaha menghindar. Bahkan telepon dari Darma pun selalu kuabaikan.

Sampai suatu hari kulihat ada pesan pendek masuk melalui telepon seluler, Kalau kamu tidak angkat telepon, aku akan ke rumahmu sekarang juga.

Jantungku berdetak kencang....

*  *  *

Dari bari ke baris, aku terus dibawa penasaran, bagaimanakah nasib Nia berikutnya? Penulis pandai sekali merangkai cerita. Nama penanya "Yayah Siti". Namun pastinya, mengapa tulisan ini kian memikat, karena terbit setelah melewati jari Asma Nadia. Kisah ini, cuma satu dari sakian banyak kisah yang Asma Nadia sajikan dalam bukunya, JANGAN BERCERAI BUNDA. Itu kisah cuma sepotong saja. Jika ingin lebih lengkapnya, tinggal baca langsung saja bukunya. Satu lagi karya apik nan cantik, dari salah seorang tokoh perubahan versi Koran Republika.

Related Posts:

Buku "Duo Jones": Cara Liar Mengespresikan Sedihnya Menjoblo

Duo Jones, sebetulnya kisah memilukan dari dua orang jomblo ngenes. S. Prawiro, penyusun buku ini, telah mengumpulkan berbagai kisah gila, dari para temannya di facebook. Antara lain Aziz, Richie, Wiraswesti Mirzal, dan teman lainnya. Imajinasi liar, sedih, dan pikiran berantakan, mereka ekspesikan ke dalam tulisan. Saat membaca buku ini, sepenuh batin saya melihat, ini cara unik mereka membebaskan diri dari pedihnya tekanan rasa ngenes akibat hidup menjomblo.

Terus terang, semula buku ini saya sepelekan. Bagaimana tidak, ini tulisan asal-asalan dari lintasan pikiran penulis abal-abal. Cuma curat-coret orang gila di facebook. Namun tidak, setelah dicetak, disajikan dengan layout halaman cantik, dan design cover ekspresif dan profesional, buku ini jadi memikat. Justru, karya tuh harusnya begini. Alami. Ekpresif dan bebas. Esensi seninya terasa. Seperti karya pelukis Affandi. Berantakan. Asal-asalan. Namun berjiwa. Unik dan menghibur. Terlebih setelah buku ini beredar, dan dibaca beberapa orang, apresiasi mereka rata-rata tertarik.

Memang pada mulanya, rata-rata mereka memandang sebelah mata. Tapi setelah mulai membaca, kian ke tengah kian mereka temukan, ini bukan buku biasa. Alim Sudio, penulis skenario film Assalamulaikm Beijing, saat pertama kali memegang buku ini sempat mengancam, "Dua halaman buku ini saya baca dan tidak ada lucunya, saya buang ke tempat sampah". Besok harinya ketemu lagi dengan tim ANPH. Alim Sudio nyatakan, dia sampai terbahak-bahak baca buku ini. 

Seorang member KBM, guru TK, bernama Ayu, sengaja datang ke tempat kerja Prawiro buat membeli buku ini. Baru juga di tempat dia membaca, dia sudah terbahak-bahak. Dedi Padiku sempat tidak percaya, bagaimana bisa buku baru dibaca sudah terbahak-bahak. Tidak masuk akal menurutnya. Tapi cobalah Anda sendiri buka buku ini can baca. Saya sendiri tak bsia menahan. Imajinasi liarnya itulah yang unik. Opening ceritanya, terutama cerita Prawiro, seringkali tak biasa.

Coba saja ini baca:
===================
Kepalanya masih dibentur-benturkan. Ingusnya juga masih menganak sungai. Virus apa ini Tuhan? Desahnya. 

Wiro Engan mendekat. Julian juga. Apalagi Aziz. Trio Jones itu hanya mengintip dari atas atap. Rambut gondrong laki-laki yang tak mau lagi dipanggil Richie itu berantakan. Beberapa ekor kutu nampak asyik mengigiti telinga. Aziz nampak gemas ingin membunuh kutu yang sedang melukai sahabatnya.
==================

Pembaca lain buku ini adalah Irma. Member KBM dengan nama akun Penulis Khayalan ini juga sengaja datang ke kantor tempat kerja Prawiro. Mulanya buat membeli buku Mengejar-Ngejar Mimpi. Namun, setelah Wiro tawarkan bukunya, dia tertarik juga beli Duo Jones. Pulang dari ANPH, dia baca buku itu di angkot, kemudian mengirimkan SMS, "Aku terbahak-bahak sendirian di angkot membaca buku ini."

Related Posts:

Penghujat Isa Alamsyah, Saya Mendukung Anda!

Waktu Isa Alamsyah bikin KBMP
Komunitas Bisa Menulis Premium, tempat lebih serius lagi menulis, yang disediakan--bukan bagi orang pintar, tapi bagi orang sungguh-sungguh. Beberapa ORANG CERDAS, berkata sesinis mungkin, dengan kata menyudutkan dan ungkapan melecehkan.

Anda luar biasa!
SERIBU JEMPOL SAYA BUAT ANDA.
ANDA MEMANG GENTLE, BERANI LUAR BIASA, terus terang, keberanian itu saya tidak punya.

Anda para penghujat ISA ALAMSYAH, yang begitu semangat mencari-cari kesalahannya
Terus berusaha mengungkap hal menyakitkan,
Yang padahal sesungguhnya, di balik itu semua tersimpan hasrat konyol, ingin dikenal, NEBENG KETENARAN Isa Alamsyah.
SAYA BERADA DI PIHAK ANDA, teruskanlah. SAYA SUKA.

Sebagai orang melarat, miskin, pendengki, bodoh, dan tolol
Yang bisanya cuma menjelek-jelekkan orang
Sebagai belatung, yang kerjanya cuma mengorek-ngorek borok orang
Memang sudah menjadi peran KITA untuk terus mengorek dan mengungkapkan hal menyakitkan orang. Dan peran ini, sebaik mungkin harus kita jalankan. Apalah artinya peran utama tanpa lawan. Apalah serunya pahlawan tanpa pecundang. Apa menariknya film tanpa antagonis. Orang seperti Abu Jahal, dalam sejarah memang harus ada.

Sebaik mungkin, PERAN SIAL INI, marilah kita jalankan.

Sebagai...
Pemosting sialan yang tulisannya banyak diabaikan orang,
Yang mendapatkan komentar bahkan like saja susah....kecuali, hehe....like dari diri sendiri,
Like  bersama penuh tangisan dan ratapan,
Mata nanar, wajah kusam,
Dan dada terguncang-guncang, memang beginilah yang harus KITA lakukan,
Yaitu mencari perhatian dengan serangan.
Ini semua, lahir dari sakit hati luar biasa kita yang tak tertanggungkan, dari beban sakit jiwa atas kesialan demi kedialan kita yang tak berkesudahan, dari air mata dalam dada atas tulisan kita yang tak kunjung pula jadi uang.

Bukan hanya menghujat.
Kita dukung pula orang-orang yang menghujatnya
Sebagai cara kita MENGEKSPRESIKAN LUKA BATIN ATAS KEMALANGAN NASIB KITA
Juga sebagai cara kita MEMPROYEKSIKAN RASA DENGKI

Tidak perlulah kita belajar kepada ISA ALAMSYAH
Siapa sih dia
ILMU YANG DIA AJARKAN DI OTAK KITA JUGA SUDAH BANYAK
Belajar padanya cuma sia-sia. Apa gunanya kita berendah hati,
Lebih baik kita sombongkan diri kita, kemudian menentang dengan menunjukkan kehebatan, sebab dengan cara itu, kita akan semakin hina dan rendah.
Kita sudah kepalang rendah,
Kita tambah, kita tenenggelamkan diri kita ke dalam tanah.

Apa gunanya kita belajar kepadanya, toh kita sudah menjadi penulis hebat
Penulis yang hebatnya cuma menyerang orang
Dengan kata-kata menyakitkan

Bagi KITA
Yaitu SAYA dan ANDA
Ilmu Isa Alamsyah, takkan pernah manfaat,
Karena memang kita sudah karakternya seperti ini
Cuma bisa mencela
Sebab
Target kita
Bukanlah kesuksesan
Target kita, menyakiti orang, kemudian jatuh dalam lobang kesialan, kebodohan dan kemalangan, menjadi penulis abal-abal tukang buang-buang waktu, buang-buang tenaga, pikiran dan pulsa.

Related Posts:

Cerita Richie Susah BAB

Malam tadi Richie berkunjung ke tempat saya. Dia katakan, mau pulang jam dua belas malam. Kata saya, jangan pulang, menginap saja di sini. Maka segera motornya saya masukkan, supaya dia tidak pulang. Dia begadang semalaman, dan pagi ini dia ngantuk, hendak tiduran.

Sudah memberingkan badan di kasur, sudah menyamping, dia bangun lagi. Dia keluhkan perutnya, mengapa mulas tak jelas.

Saya katakan, "Tapi mulasnya jelas di perut kan? Tidak di kepala?"

Dia tidak menjawab. Dia malah curhat.

"Awal mula aku ke Jakarta, aku tidak bisa menyesuaikan diri. Tempat buang air besarnya itulah, sambil duduk, aku tak biasa. Jadi nggak keluar-keluar begitulah." kisahnya dalam logat jawa.

"Terus kamu tongkrongin?" susul saya. 

"Iya, teman saya bahkan ada yang sampai tempat itunya pecah, gara-gara ditongkrongin."

Akakakak.


Related Posts:

MENULIS DENGAN SEMANGAT RELA MATI

Dalam Islam ada konsep jihad
Jihad itu berasal dari jahada, yang artinya kesungguhan
Maka jihad adalah kesungguhan
Sesungguhnya konsep jihad ini ada, untuk kesuksesan kita sendiri
Bukan buat merusak, namun untuk menggapai sukses lebih cepat, ratusan kali lebih cepat
Bahkan jutaan kali lebih cepat dari usaha biasa

Dalam jihad ada yang disebut rela mati
Bayangkan jika semua pekerjaan kita kerjakan dengan spirit rela mati
Menulis dengan penuh kesungguhan, dengan kerja keras, dengan cepat, dengan sungguhu-sungguh, tidak mengenal cape, tidak mengenal siang, tidak mengenal malam, dan sanggup mendobrak berbagai rintangan, dengan penuh keberanian, bahkan rela mati.......

BAYANGKAN JIKA SAYA MENULIS DENGAN SEMANGAT RELA MATI

Bayangkan, jika saya pancangkan tekad
Saya akan menulis tema KASIH SAYANG, MENYAYANGI SEGALA HAL
Dan menulisnya dengan semangat rela mati
Saya rela mati menghadapi berbagai rintangannya
Saya akan kerja keras menghindarkan segala rintangannya
Dari barbagai gangguan lingkungan, waktu terbatas, gangguan orang-orang
Dari kelaparan diri sendiri, perut yang senantiasa minta diisi
Dari berbagai pikiran lain, dari bergai gangguan
Dari berbagai keinginan lain, dan saya sanggup mengusir semuanya dengan semangat rela mati


MAKA SAYA YAKIN, SELESAINYA TULISAN INI AKAN LEBIH CEPAT
SUKSESNYA TULISAN INI AKAN LEBIH CEPAT


Related Posts:

CATATAN HATI PENULIS AMATIR

Saya adalah seorang penulis amatir, pemula, bahkan buta dosa-dosa penulis. Awal mula saya mulai rajin menulis ialah bulan September 2014. Facebook saya yang tadinya hanya berisi keluhan-keluhan, ocehan ga jelas, bahkan status-status galau akhirnya saya putuskan untuk saya isi hanya dengan opini-opini panjang karangan saya, atau lebih sering saya sebut ‘Cerita Garing Ga Jelas’. Awal mula saya menulis banyak sekali kata-kata yang saya singkat, bahkan jika setelah koma dan titik harus diberi spasi pun baru saya ketahui belakangan ini. Begitu juga letak titik koma dalam percakapan, tanda kutip dankata  apa saja yang harus saya gunakan huruf kapital di awal katanya. Saya hanya berfikir jika cerita yang saya tulis menarik orang akan suka dan tak perlu ejaan yang baik dan benar, tapi ternyata semua salah. Akhirnya perlahan-lahan tulisan-tulisan saya mulai membaik, walau masih banyak ditemukan dosa-dosa di sana-sini. Tapi dasar-dasar cara menulis yang baik dan benar alhamdulillah sudah saya pahami. Itu semua berkat saya yang iseng-iseng browsing mencari komunitas para penulis, yang saya temukan di hasil pencarian teratas ada dua grup yang cukup menarik hati saya, pertama ada yang namanya KBM (Komunitas Bisa Menulis) dan yang satu lagi adalah KPKers (Komunitas Penulis Kreatif). Singkat cerita bergabunglah saya ke kedua grup tersebut. Banyak pelajaran-pelajaran berharga yang saya dapat dari sana, dari hasil saya baca komentar-komentar dan kritikan terhadap suatu karya. Ketika saya pikir saya sudah cukup paham dasar-dasar menulis lalu saya akhirnya memberanikan diri memposting karya-karya saya dan juga memberi kritik dan saran di karya orang lain, walau sepi komentar bahkan jarang yang memberi like. Tapi saya tak patah semangat, toh saya menulis karena ingin menyalurkan buah pemikiran saya, jadi saya tak peduli jika ada yang mengomentari dan memberi like atau tidak sama sekali. Kalaupun karya saya ada yang baca dan bermanfaat untuk yang alhamdulillah buat saya, menambah tabungan pahala saya dan kalaupun tak ada yang mengunjungi pun tetap alhamdulillah buat saya, karena saya punya tempat lain untuk mencurahkan rangkaian kata-kata saya selain di beranda facebook saya.

Saya tidak pernah memakai akun palsu ataupun hal-hal palsu lainnya, akun yang saya gunakan di facebook adalah benar-benar asli akun saya. Buat apa saya memakai akun palsu, toh niat saya bergabung di grup-grup tersebut baik, ingin belajar dan menuangkan pemikiran saya. Jadi ga ada alasan untuk saya menyembunyikan identitas, biar semua orang tau siapa saya dan mengapa saya menulis. Buktinya di tengah keamatiran saya, alhamdulillah di dua event yang baru pertama kali saya ikuti saya berhasil menang, pertama ada suatu fanspage bernama IBM motivation yang membuat event fiksi mini. Akhirnya saya nekat ikuti karena penilaiannya adalah yang paling banyak like di ceritanya yang menang, tidak sulit, saya posting, saya copy link cerita saya, lalu saya suruh teman-teman facebook saya untuk memberi like, hasilnya saya menang  pulsa 25 rb dan mendapatkan like terbanyak, walau yang like teman-teman saya semua dan karya saya jauh sekali dari layak, banyak dosa-dosa yang telah saya buat di tulisan itu. Tapi jurinya menggunakan sistem seperti itu, maka sah-sah saja jika saya melakukan hal itu, dibilang tidakobjektif, ya memang... saya pun tidak merasa karya saya di situ bagus, saya hanya berfikir saya sedang beruntung saja. Mungkin itu salah satu keajaiban sedekah. Lalu kemudian saya kembali lihat ada yang membagikan postingan event PUISI TERIMA KASIH IBU, dalam rangka memperingati hari ibu dan diadakan oleh fans page DOMPET DHUAFA. Lalu saya yang seumur hidup belum pernah bikin puisi pun nekat ikut event tersebut, penjuriannya pun kali ini objektif karena ada jurinya dari pihak Dompet Dhuafa. Alhamdulillah ternyata puisi saya berhasil menjadi 3 puisi terbaik, hadiahnya pun lumayan pulsa 100 ribu dn sebuah buku berjudul ‘PANGGILAN KEMANUSIAAN’. Dua event pertama yang saya ikuti dan kedua-duanya menang, lagi-lagi saya menganggap ini hanyalah suatu keberuntungan belaka. Tapi saya sangat berterima kasih kepada grup KBM yang telah membuat saya belajar banyak tentang ilmu kepenulisan dan membuat saya tau tentang event-event kepenulisan.

Lalu hari ini grup yang bernama KBM di pecah menjadi tiga grup, yaitu KBM premium, KBM pusat dan KBM khusus. Saya bisa saja menulis keluhan saya ini di grup KBMK, karena di sana bebas berpendapat. Tapi saya bukanlah penulis yang ingin mencari sensasi ataupun mencari nama, lagipula saya ingin hidup bebas dan tenang, saya tak ingin karena tulisan saya ini saya jadi memiliki musuh ataupun orang yang tak menyukai saya. Karena 1000 teman tak akan pernah cukup dan 1 orang musuh itu terlalu banyak. Jadi biarlah tulisan ini hanya terpampang di blog milik Kang Dana ini yang sudah berbaik hati mengizinkan saya menumpahkan rangkaian kata-kata di sini. Banyak yang mengeluh tentang keputusan Pak Isa yang membagi grup KBM menjadi tiga grup berbeda. Ada yang bilang kesenjangan sosial, ada yang merasa tak dianggap oleh Pak Isa bahkan banyak newbi-newbi yang merasa di acuhkan. Hei come on... kalian tau pepatah di mana bumi di pijak di situ langit di junjung? Grup itu semua milik Pak Isa, kalau kalian suka ya tinggal ikuti cara mainnya dan menurut saja, kalau memang kalian merasa benar-benar ingin belajar dengan sungguh-sungguh  ya silahkan masuk ke Grup KBM premium, ikuti syarat-syaratnya, bukankah ada kualitas ada harga, jika anda sekalian ingin lebih di anggap oleh Pak Isa ya silahkan turuti semua peraturannya, menurut saya ga sulit kok, bahkan seorang newbie pun bisa. Toh kita hanya perlu memberikan data diri asli kita? Gampang kan? Atau anda hanyalah akun palsu yang niatnya Cuma bikin rusuh sehingga permintaaan sesederhana itupun terasa sangat berat? Lalu anda diminta memberikan komentar dan memberikan like di karya orang lain di KBM pusat, mau sepuluh ataupun seratus bahkan seribu saya kira itu sangatlah mudah, toh kita yang memberi... tak akan habis like di FB jika kita terus berikan (kata mbah wiro). Kecuali jika persyaratan di balik karya kita di KBM harus mendapat 100 like dan 10 komentar. Baru itu sangat berat, terutama buat seorang newbie. Tapi Pak Isa tak membuat seperti itu kan? Berarti peraturan Pak Isa sangat adil baik buat para senior maupun newbie. Kecuali jika penulis sangat sibuk sehingga merasa dalam sebulan tak sanggup melakukan syarat-syarat tersebut. Lalu kenapa tidak terima? Bukankah masih ada grup KBM pusat dimana kita tetap bisa menuangkan semua ide dan pemikiran kita, lalu buat yang sering mengeluh dan suka hal-hal kontroversi ada KBMK yang bebas menulis apapun di sana. Bahkan hal-hal yang out of topic. Biarlah mereka yang benar-benar serius ingin belajar dan menggapai impian menjadi seorang penulis sejati menimba ilmu di KBM premium sana. Lalu penulis-penulis yang sekedar ingin menyalurkan hobi, pecinta kebebasan dan belajar tentang ilmu kepenulisan juga mengasah kemampuan seperti saya bisa tetap melakukannya di KBM pusat. Kemudian bagi penulis-penulis kontroversial, suka berdebat, ingin bertanya hal-hal di luar karya tulis, ingin mengeluarkan keluh kesah dan unek-unek, ada KBMK. Betapa adilnya Pak Isa bukan? Sehingga KBM pusat diharapkan tidak akan terganggu lagi oleh postingan-postingan OOT dan para newbie yang merasa tak di anggap di KBM pusat tapi punya niat kuat untuk belajar bahkan dikritik langsung oleh Pak Isa bisa masuk ke KBM premium. Gampang dan sangat simple toh? Jadi buat apa lagi mengeluh dan protes? Itu semua grup milik Pak Isa jadi terserah dia mau melakukan apapun, bikin syarat apapun, bahkan mengeluarkan dan menghapus siapapun yang dia inginkan... toh ibaratnya itu rumah dia, hak dia mau melakukan apa dan memilih siapa-siapa saja yang boleh memasuki rumahnya. Bahkan jika dia mau berpromosi dan melanggar kode etik yang dia buat sendiri bagi saya pun itu hak dia. Kalau memang ada yaang ga terima silahkan saja buat grup kepenulisan sendiri dan buat aturan sendiri. Saya menulis di grup KBM selalu mengikuti aturan-aturan disana, begitu juga dengan grup lain seperti KPKers dan WAME. Saat saya di suruh mengirimkan biodata oleh admin KPKers saya kirimkan agar saya bisa menjadi anggota. Ketika di KBM saya harus menulis sesuai EYD saya lakukan agar saya tetap bisa menulis di KBM, ketika saya dilarang copas di blog Kang Dana ini pun saya turuti agar saya bisa tetap menulis di sini. Tapi jika saya menulis di wall facebook saya sendiri saya akan menulis apa yang saya mau, mau disingkat, hurufnya besar kecil, bahkan mengucapkan kata-kata kotor dan menulis tanpa spasipun terserah saya, yang penting saya suka, kalau ada yang ga suka dengan isi wall saya tinggal remove saya bahkan kalau perlu blokir, lalu kalau ada yang suka silahkan like, komentar atau sekedar baca saja. Simple kan? Kenapa harus di buat susah? Bukankah di mana bumi dipijak di situ langit di junjung?

Jadi yang bikin saya heran sebenarnya tujuan kalian menulis itu apa sih? Sampai segitu repotnya hanya karena Pak Isa membagi grupnya menjadi tiga langsung seperti orang kebakaran jenggot? Kalau ukuran kesuksesan kalian hanya sekedar like dan koment, maka saya bisa jamin kalian ga akan pernah maju. Ukuran  kesuksesan kalian hanya sekedar mentok di banyaknya yang memberi like dan komentar juga pujian. Lalu kalau ukuran kesuksesan kalian hanya ingin dilirik Pak Isa lalu dibuatkan buku oleh ANPH lalu berfikir kalian akan terkenal seperti Asma Nadia dan punya uang banyak. Maka kalian pun saya jamin ga akan pernah maju, iya kalau memang beruntung bisa benar-benar dilirik dan dibuatkan buku oleh ANPH kalian udah masuk kategori beruntung lah, lalu kalian memang yakin karya kalian akan meledak dan laku ribuan copy seperti Andrea Hirata, Asma Nadia, Tere Liye, dll? Kalau enggak ya kalian ga akan dapet apa-apa, hanya sekedar royalti yang hanya beberapa persen dari harga buku. Kalau emang mau cari materi kenapa enggak tulis sendiri, lalu terbitkan sendiri dan edarkan sendiri. Bukankah nanti keuntungan akan lebih banyak dari hanya sekedar royalti dari penerbit. Kalau memang karya kalian bagus saya yakin kok bakalan bisa laku walau terbitan sendiri. Jadilah penulis yang kreatif, contohlah Mbah Jev yang membuat dan memasarkan sendiri VCD kumpulan puisinya. Buat apa terus berharap, merengek-rengek kepada para penerbit sukses. Bukankah perjalanan ribuan mil jauhnya dimulai dari sebuah langkah? Jadi daripada terus merengek dan ingin dilirik alagkah lebih keren kalau kalian mulai mewujudkan mimpi kalian itu dengan membuat, menerbitkan dan menjualnya sendiri, pembuatan bisa dilakukan di percetakan-percetakan yang menjamur di sekitar kita, seperti tempat percetakan buku yasin, reklame dan majalah, saya yakin mereka bisa jika hanya disuruh mencetak buku. Lalu pemasaran bisa dibantu oleh teman-teman dan kenalan kita. Lalu bagaimana dengan proses editor? Bukankah kalian juga belajar tentang cara menulis yang baik dan benar di KBM dan grup lainnya? Jadi seharusnya kita sudah tau apakah karya kita layak atau tidak untuk dibuat buku. Tapi menurut saya itu ga terlalu penting, kalau konsumen suka kenapa enggak? Toh itu kan buku kita sendiri? Terserah kita mau isinya kaya apa juga, biarkan pembaca yang menilai. Buktinya di buku karya Raditya Dika saya banyak menemukan kata “ANJING”, “TAI”, “GOBLOK” dll. Tapi tetap saja buku itu laku. Jadi jangan buat karya kita di atur-atur oleh penerbit, karya kita adalah milik kita, biarkan apa adanya murni sesuai ciri khas kita tanpa campur tangan penerbit yang harus kata-katanya begini, penulisannya begini, jumlah halamannya segini, jumlah kata-katanya segitu... ah tai kucing! Karya kita ya karya kita, menulis itu kebebasan, menulis itu curahan hati kita, bukan paksaan orang lain dan sebagainya. Buat apa karya kita terkenal tapi tidak sesuai apa yang kita mau. Tulislah apa yang ingin kau tulis!

Bagi saya pribadi, menulis adalah kebebasan, di mana saya bisa dengan bebas mengungkapkan semua pemikiran dan ide-ide saya dalam rangkaian kata-kata. Sehingga saya membuat prinsip, apa yang saya tulis harus bermanfaat untuk orang lain. Sehingga akan membawa manfaat dan pahala juga untuk saya di akhirat nanti. Saya ga pernah berfikir mencari ketenaran, ingin dibuatkan buku, atau ingin diberikan like dan pujian. Bagi saya ketika saya bisa menuliskan apa yang saya ingin tulis, ketika banyak orang yang merasakan manfaat dari tulisan saya, ketika saya bisa menyalurkan hal yang saya sukai. Itu sudah lebih dari cukup. Ada yang mau membaca atau tidak bukan masalah, yang penting saya bisa terus menulis dan melakukan apa yang saya sukai. Justru sebagai penulis yang baik ketika karya kita dikritik, dihina bahkan dihapus. Itu menjadi cambuk untuk intropeksi diri dan memperbaiki diri juga belajar untuk lebih baik lagi. Bukan malah sibuk mencari kambing hitam, siapa yang menghapus? Siapa yang menghina? Tapi tidak ada peningkatan dalam kemampuan menulisnya, bahkan attitudenya. Tidak ada gunanya mencari kambing hitam juga, ujung-ujungnya malah menambah musuh dan membuat kita semakin terlihat bodoh di depan orang-orang banyak. Mungkin segini saja unek-unek dari seorang penulis amatir yang sedih melihat mental-mental penulis lainnya yang masih ababil. Yang masih haus pujian dan pembenaran. Suatu kebahagiaan tersendiri jika suatu saat nanti saya bisa menemukan penulis yang pemikirannya sejalan dengan prinsip saya, mungkin nanti kami bisa jadi dekat dan akrab. Walau sampai saat ini belum saya temukan.Tak lupa saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Pak Isa yang telah mengizinkan saya menulis dan belajar di grup KBM nya, juga Pak Jumari Haryadi Kohar yang mengizinkan saya belajar dan menulis di grup KPKers nya dan tak lupa Kang Dana yang sudah menizinkan lapak blognya ini saya kotori dengan rangkaian kata-kata saya. Suatu kehormatan tersendiri buat orang seperti saya bisa mengenal orang-orang hebat dan baik seperti kalian.

Bekasi, 11 Januari 2015

Related Posts: