Beda Teks Biasa Dengan Sastra

Siapa penulis esai favorit Anda sekarang?
Mas Nurkholis, teman saya dari Lombok, memburu tulisan J. Sumardianta.
Sampai-sampai pada saya, buku apa saja dari beliau, dia siap beli

Saya?
Sekarang sedang gila kepada tulisan Ignas Kleden
Terutama esai-esai dia mengenai sastra.
Tulisannya serius, bahkan terlalu serius, jarang ada humor-humornya
Namun karena, dia menulis denga segala keprofesionalan, karena memang dia sudah terbiasa mengisi rubrik media, esai-esainya ini enak dibaca. Beberapa istilah susah saya mengerti, namun dengan meraba-raba, lumayan, sedikit mengerti juga...

Beberapa lembar saja saya membaca
Sudah mendapatkan sesuatu,
Tulisannya sedikit menuntun saya buat membedakan, mana karya sastra mana bukan karya sastra
Selama ini, dengan sembarangan saya berkata, bahwa semua karya bisa jadi merupakan karya sastra. Padahal tidak. Ignas Kleden memberi batasan.

Tapi, mengertikah Anda dengan tulisannya ini:

"Sasta adalah dialektik (pada berbagai tingkatannya) antara dunia luar teks (yaitu peristiwa) dan dunia dalam-teks (yaitu makna). Interaksi teks dengan dunia luar teks menghasilkan makna referensial, sedangkan interaksi antara bagian-bagian teks satu sama lain menghasilkan makna tekstual, yang menurut penulis merupakan pencapaian spesifik dari kesusastraan."

Terus terang, sampai bolak-balik saya mengulang kalimat di atas, kepala belum juga bisa ditata, masih pecah berantakan. Sebagian nyangkut di printer, sebagian nempel di layar, di bawah kursi, bawah meja, dan berlelehan di atas tumpukan kertas. Masih belum juga saya mengerti. Berbeda dengan paragraf di bawah ini, sedikitnya saya mudah menangkap:

"Perbedaan pokok di antara ilmu pengetahuan dan sastra adalah bahwa yang pertama memproduksikan makna referensial dengan cara mereduksikan makna tekstual, sedang yang kedua mereduksikan makna tekstual dengan sejauh mungkin mensuspendir (yaitu menempatkan dalam tanda kurung) makna referensial. Atau dengan lain perkataan, dalam ilmu pengetahuan konsep-konsep disusun dengan cara menyingkirkan sebanyak mungkin konotasi dan ambivalensi sehingga tercapai suatu denotasi yang dapat diterapkan isi dan batas-batasnya. Sebaliknya, dalam karya sastra, konotasi dimungkinkan dan ambivalesni justru diaktifkan untuk menghidupkan watak simbolik sastra, dengan memanfaatkan berbagai teknik simbolisasi seperti metafor, alegori atau cara-cara lainnya."

Bagaimana menurut Anda? Mengertikah kalimat di atas?

Saya sendiri lebih suka mengartikan secara bebas. Tanpa mau ambil pusing dengan istilah, saya ambil saja bagian-bagian mudahnya. Mendevinisikan sebuah teks apakah itu sastra atau bukan, adalah pertama-tama dengan melihat, bahwa teks itu bukan sebuah sains. Karena sastra itu kebalikan dari sains. Sains menggiring pembaca kepada satu kesimpulan, dengan berusaha memangkas kesimpulan samar lain yang timbul di samping kesimpulan sebenarnya. Sastra sebaliknya. Dalam sastra justru kesimpulan yang banyak itu diberikan ruang. Dengan kata lain, sastra dibuat untuk menumbuhkan berbagai penafsiran. Seperti pohon yang menumbuhkan cabang, kemudian menumbuhkan ranting, dan ranting itu terus menumbuhkan ranting lain yang lebih banyak dan lebih banyak lagi.

Related Posts:

0 Response to "Beda Teks Biasa Dengan Sastra"

Post a Comment