Ini Penghinaan Besar

Sebagian orang meminta supaya husnudzan kepada tulisan Sahal Adiansyah berjudul "Assalamualaikum Anjing". Bahwa ini ditulis sebagai sebuah karya kreatif, memicu kreatifitas, dan berguna buat promosi.

Ya, saya setuju. 

Kedua alasan itu bisa dibenarkan. Jelas ini sebuah karya kreatif, dan memicu kreatifitas. Penulis telah melahirkan karya kreatif berupa cerita, dan orang lain pun berreaksi dengan menulis, seperti saya yang terpicu buat melahirkan tulisan ini. Selama ini, tulisan saya tentang film "Assalamualaikum Beijing" monoton, terkesan bicara sendiri, tidak seru, seperti film tanpa antagonis. Tiba-tiba orang semacam ini datang, jadi berguna juga, dan harus berterima kasih kepadanya, sudah rela menjadi tikus percobaan untuk saya bejek-bejek dan cincang. Penulis postingan itu juga sudah berjawa kepada para komentator, sebab berkat jasanya, mereka memeras pikiran, analisa terhadap tulisan itu dari berbagai sudut pandang, beserta agumen masing-masing, dengan bahasa semengena mungkin, hingga menjadi komentar mantap. Bukti ini karya kreatif yang memicu kreatifitas. 

Demikian juga bila dikatakan itu untuk promosi. Itu bisa diterima. Saya setuju. Dengan judul itu, "Sahal Adiansyah" sengaja atau tidak sengaja, telah membantu promosi film "Assalamualaikum Beijing". Artikelnya itu membuat film ini terus menjadi sebutan, terkenal, dan semakin banyak saja orang yang tahu dan penasaran. Sip. Karenanya, bagaimana pun, kehadiran orang ini sangat berjasa. Kalau dalam pewayangan, dia adalah kurawa, hadir untuk semakin mengangkat kebaikan pandawa. Jika dalam sejarah Nabi Musa, boleh dibandingkan dengan Fir'aun, dari sisi, bahwa kehadirannya, menjadi sebab semakin terkenalnya Nabi Musa Alaihissalam..

Karena itu, sekali lagi saya katakan, tulisan "Assalamualaikum Anjing" itu bagus, sebagai sebuah karya kreatif, mengundang kreatifitas, dan yang terpenting, mendongkrak promosi film "Assalamualaikum Beijing" saya terima. Akan tetapi....

Yang susah saya terima, jika tulisan ini bukan ditujukan buat menghina. Beberapa "orang suci" minta supaya berbaik sangka. 

Berbaik sangka bagaimana? 

Terang-terangan tulisan itu ditujukan untuk menghina, bagaimana mungkin itu bukan penghinaan. Ini bukan praduga. Penulis sendiri membuat pengakuan pada tulisan berikutnya Dia katakan jika nama "Assalamualaikum Anjing" itu justru lebih bagus dari "Assalamualaikum Beijing", dengan alasan, anjing itu makhluq hidup, sedangkan Beijing itu benda mati, hanya sebuah kota. Melontarkan salam kepada makhluq hidup lebih layak daripada melontarkan salam kepada benda mati. Pernyataan itu jelas-jelas menghina. Untung saja Sensei Isa tahu banyak pemakaian bahasa. Dia memberi komentar di bawahnya, bahwa terkadang, dalam kunjungan kenegaraan dari luar negeri ke Jakarta, ada ucapan Selamat Datang di Jakarta. Tapi sayangnya, mungkin penulis kurang gaul, dan tidak mengetahui hal itu.


BUKAN PENGHINAAN RINGAN

Bukan lagi penghinaan ringan. Ini penghinaan besar. 

Anda yang bersikeras membela, coba pake hati Anda. Nama dibuat untuk memuliakan. Orang tua menyematkan nama kepada anaknya, karena ingin memuliakannya. Kita sematkan judul kepada karya kita karena ingin memuliakannya. Rasulullah memberikan nama kepada unta peliharaan beliau, dan kepada barang-barang lain karena memuliakannya. Bunda Asma Nadia memberikan judul "Assalamualaikum Beijing" kepada novelnya, jelas karena ingin novelnya mulia, terdengar enak di telinga, dan menjadi sebutan menyenangkan di lidah orang-orang. Dan seterusnya, nama itu dimuliakan, dipromosikan menjadi judul lagu, bahkan menjadi judul film, jelas alasannya karena ingin nama "Assalamualaikum Beijing" itu menjadi sebuah nama mulia. 

Sekarang tiba-tiba, ada orang menyandingkannya dengan "Assalamualaikum Anjing", bagaimana menurut Anda? Jika judul fim itu adalah karya Anda, bisakah Anda terima? 

Related Posts:

0 Response to "Ini Penghinaan Besar"

Post a Comment