30 HARI MENCARI ISTRI (2)

(30 HARI MENCARI ISTRI HARI KE-2)

RIKA MEYLAWATI
Oleh : Arev Culle’

Selasa, 06 Januari 2015. Pagi yang cerah di Bekasi, setelah beberapa hari ini terus diguyur hujan. Burung-burung berkicau dengan riang. Anak-anak kucing berkejar-kejaran saling mencoba untuk menangkap buntut saudaranya. Juga sepasang ayam jago dan ayam betina yang sedang mematuki tanah bersama-sama, kemanapun sang jago pergi sang betina terus mengikuti. Seolah-olah diam-diam mereka mengejekku lirih, ayam aja berpasangan masa kamu masih sendiri aja. Ah... ayam kurang ajar, seandainya ini lebaran sudah kupotong kalian untuk dibuat opor ayam. Sebenarnya sih ayam itu enggak salah apa-apa, cuma memang kadang pria yang terlalu lama membujang sepertiku ini tiba-tiba bisa jadi sangat sensitif, jangankan melihat ayam yang berduaan. Melihat handphone sama charger aja kadang bisa bikin sebel. Masa charger aja ada pasangannya, sementara saya masih jomblo aja Tuhan???

Tapi hari ini akhirnya aku bisa bertemu dengan sahabatku Rika untuk membicarakan lebih lanjut mengenai perjodohanku dengan teman-temannya. Nanti pukul empat sore kami janjian untuk bertemu di cafe Big Jones untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut. Dia sempat menolak saat kemarin kutelpon dia untuk membantuku mencari jodoh. Tapi setelah kupaksa dan kumohon-mohon akhirnya dia bersedia juga, aku tau dia, dia tak akan tega melihat sahabatnya menderita, apalagi karena masalah cinta. Entah kenapa ada rasa yang berbeda hari ini. Biasanya kami sering bertemu, tapi rasanya biasa saja. Entah kenapa hari ini sejak bangun tidur jantungku terus berdegup keras. Seperti  seekor ayam yang mau dipotong. Memang kalau menyangkut masalah cinta, aku ini adalah pecundang dari para pecundang. Selama ini hanya bisa mengagumi wanita-wanita yang ku taksir, tak pernah sedikitpun mempunyai keberanian untuk menjalani hubungan yang serius. Mungkin karena sifatku yang terlalu cuek, jadi jarang ada wanita yang menganggapku serius. Bayangkan saja, di depan teman-teman wanitaku aku tak segan ataupun malu untuk ngupil, bersendawa bahkan kentut. Bahkan pernah ada wanita yang kuajak jalan dan hanya kubelikan segelas air mineral. Setelah itu entah kenapa dia tak pernah mengabariku lagi, bahkan BBMku pun di delcont. Sampai sekarang aku tak pernah mengerti apa yang ada di otak wanita, masa hanya karena segelas air mineral tiba-tiba dia menjauhiku? Wanita memang rumit, lebih rumit dari kalkulus, statistik maupun algoritma komputer.

Jam di tanganku menunjukkan pukul 14:30, akupun sudah rapih, wangi dan kece. Waktunya aku berangkat menuju Cafe Big Jones untuk menemui Rika.
 Akupun lagsung BBM Rika, “PING”.
“kenapa Pin?” jawabnya.
“Jadi kan ketemu di Big Jones?” balasku.
“Iya jadi, ni aku mau jalan,” balasnya.
“Oke, aku juga otewei nih!” balasku.
“Sipp, C U,” balasnya singkat.
Akupun segera bersiap, kupakai helmku langsung kupacu kuda besiku menuju Cafe. Mudah-mudahan nanti Rika sudah punya daftar teman-temannya yang akan dikenalkan kepadaku. Semakin dipikirkan, aku jadi semakin tak sabar. Tanpa sadar tiba-tiba ban motorku kempes, aku berhenti dan melihat. Ah... kena paku lagi, “Dasar paku kurang ajar!” teriakku kepada si paku. Padahal paku itu tak akan pernah mendengar walau aku memaki, memuji ataupun menciuminya, paku itu tetaplah paku. Tak akan berubah atau tiba-tiba bisa berbicara dan meminta maaf. Tapi berhubung saking terburu-burunya dan antusiasnya diri ini. Menyebabkan logikaku tak lagi jalan, habislah paku itu kumarah-marahi. Setelah puas dan merasa enggak waras sendiri, kutuntun motorku sampai menemukan tambal ban terdekat.

Pukul 16:00 baru aku menemukan tukang tambal ban, “Bang, tambal! Ga pake lama ya!” ucapku kepada si tukang tambal ban. “Oke boss!” ucapnya bersemangat. Kebetulan saat itu sedang sepi pelanggan, jadi motorku langsung dikerjakan. Tiba-tiba ada BBM masuk, “Aku udah sampai nih Pin”. Ah gawat, Rika sudah sampai, sementara aku baru mau mulai ditambal bannya. Lalu kubalas, “Aduh Ka, maaf ya ban aku bocor nih, ini lagi nambal. Kamu nunggu agak lama gapapa kan? Maaf banget ya”. Beberapa menit berlalu tak ada balasan dari Rika, aku mulai khawatir, jangan-jangan dia marah kepadaku. Baru saja aku mau menekan tombol “PING”, tiba-tiba ada balasan dari Rika, “Iya Pin, tenang aja aku tungguin kok”. Ah, tenang rasanya. Rika memang sahabatku yang paling baik, santun, penyabar pula. Lima belas menit berlalu, akhirnya motorku selesai juga di tambal.
“udah ni bos!” ucap tukang tambal ban.
“iya bang, berapa jadinya?” tanyaku.
“10.000 bos!” jawabnya.
“Buset, mahal amat si bang?” jawabku tak percaya.
“Ya kan BBM naik bos,” jawabnya.
“Abang kan nambelnya pake spiritus, apa hubunganya sama BBM?” jawabku heran.
“Ya tapi kan saya juga butuh tenaga, makanan, kopi, rokok naik semua bos!” jawabnya ga mau kalah.
“Yaudahlah, ni bang. Makasih ya!” ucapku sambil memberikanya selembar uang sepuluh ribuan.
“Oke, sama-sama bos,” jawabnya sambil tersenyum puas.

Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan dewa, kusalip sepeda dan becak-becak, kuterobos polisi-polisi yang sedang tidur, kuhajar jalanan-jalanan yang berlubang, untung mereka enggak menghajar balik. Akhirnya pukul 16:30 aku sampai juga di cafe. Kuparkir motorku, lalu kupergi kedalam, setelah masuk pintu aku clingak-clinguk seperti kucing garong yang sedang mencari mangsa. Seperti om-om girang yang lagi mencari cabe-cabean. Lalu kulihat sesosok wanita cantik berhijab ungu malambaikan tangan kepadaku. Seperti boneka kucing di counter-conter hape di glodok, yang tanganya melambai-lambai. Itu dia si Rika, sahabatku yang paling baik, solehah, rajin menabung dan tidak sombong. Aku segera menghampirinya. Kemudian duduk di depannya yang sedang memegang buku novel sambil minum es teh manis.
Lalu berbasa basi, “Udah lama Ka?”
“Enggak, baru 1800 detik,” jawabnya mengejek.
“Maaf deh, mana tau kalau mau bocor Ka, kurang ajar emang tuh paku,” jawabku membela diri.
“Huss, kenapa jadi paku yang disalahin si? Lagian aku gapapa kok, hitung-hitung bisa nerusin baca novel ini sambil nungguin kamu,” jawabnya sambil tersenyum.
“Yaudah aku laper, kita pesen makanan yuk, aku yang bayarin deh, sebagai permintaan maafku,” ucapku kepadanya.
“Oke,” jawabnya singkat.

Akhirnya kami berdua memesan makanan dan menikmatinya dengan khusuk. Sambil beberapa kali aku bersendawa di depannya. Tapi ia santai saja, karena ia sudah terbiasa dengan kelakuan-kelakuanku yang aneh. Dia salah satu sahabat yang bisa menerimaku apa adanya. Benar-benar wanita yang langka, mungkin hanya ada satu dari seribu orang wanita sepertinya. Ya, dialah Rika Meylawati, wanita yang kukenal dua tahun yang lalu, saat aku masih kuliah smester lima. Dia adalah adik kelasku, kami dekat karena dia adalah anggota di LDK kampus sama sepertiku. Awalnya kami biasa saja, tapi semenjak kami sering bertemu dan mengadakan acara-acara bersama, kami jadi semakin akrab. Bahkan sampai sekarang, dua tahun lamanya kami masih tetap bersahabat walau sudah lulus. Kini ia sibuk bekerja di sebuah perusahaan swasta, sementara aku sibuk berwira usaha membuka usaha foto copy di dekat kampusku dulu. Selama dua tahun ini dia sudah seperti saudara sendiri bagiku, jangankan hanya sendawa, kentut bahkan ngupil pun sering aku lakukan di depannya, dia pun selalu mensupportku saat aku sedang kurang enak hati. Dia adalah wanita yang pintar, nilai-nilainya di kampus dulu selalu bagus, selalu kritis jika ada acara-acara debat di kampus, bahkan sempat menjabat menjadi ketua LDK saat smester akhir. Tapi yang paling membuatku kagum dia adalah wanita yang “low liver” kalau kata Vickynisasi, atau bahasa Indonesianya rendah hati. Tak pernah pilih-pilih dalam berteman, bersikap ramah kepada siapapun, jarang marah pula. Dia juga tipe wanita yang solehah, jilbabnya selalu konsisten ia pakai, walau belum syar’i, ia pun tak pernah memakai make up yang menor-menor seperti banci di lampu merah, make upnya hanya bedak seperlunya, lipgloss dan air wudhu. Suaranya pun merdu ketika ia membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, tak heran dulu ia selalu dipilih untuk membaca saritilawah ketika ada acara-acara LDK. Tapi dibalik semua kelebihannya itu, ada satu kekurangannya, ia tak bisa mengendarai sepeda ataupun motor sampai detik ini.Entah kenapa, walau sudah sering belajar, tapi tetap saja enggak ada kemajuan yang berarti. Terakhir dia mencoba belajar sepeda, seekor anak kucing menjadi korbannya, karena panik dan tak bisa mengerem, terlindaslah anak kucing itu, dia pun jatuh. Lalu ia menangis, lupikir karena sakit saat jatuh, ternyata ia menangisi anak kucing itu, sejak saat itu ia merasa sangat amat tamat bersalah, dia terus menangis saat kami mengubur anak kucing itu dan sejak saat itu dia berjanji ga akan mau belajar sepeda ataupun motor lagi.

Setelah selesai makan dan kenyang aku mulai membuka pembicaraan tentang tujuan kami bertemu hari ini.
“Bagaimana Ka, sudah ada temanmu yang mau dikenalin sama aku?” tanyaku sambil ngupil.
“ada nih sekitar lima orang yang masih jomblo, tuh kamu liat sendiri penampakannya,” ucapnya sambil memberikan handphonenya.
Kuamati foto profilnya satu persatu di layar kontak BBMnya, ada satu yang manis, putih dan berhijab orange, Nita CelaluTercenyumBahagia namanya, “Ah ini anak sedikit alay pikirku”. Lalu ada yang namanya Wina Lestari, ini adalah teman kami waktu di LDK dulu, anaknya hitam manis, Cuma agak pendiam. Tak banyak yang ku ketahui tentangnya. Lalu ada lagi wanita berambut panjang, cantik dan tinggi yang sedang berfoto di Bali, “Kalau ini pasti hobinya jalan-jalan,” Dewi Ratnawati namanya. Kemudian ada foto wanita yang disamping fotonya ada tulisan “RIGHT! I’M A WRITER”, seperti logo yang banyak muncul di dunia maya waktu kampanye pilpres dulu, dia pasti seorang penulis, entah profesional atau masih amatir, namanya Ayu Novitasari. Dan yang terakhir adalah wanita bernama Intan Saraswati, tetapi foto profilnya adalah gambar kartun wanita yang berhijab, “Ini tipe wanita yang enggak pede memperlihatkan wajahnya”.  Lalu ku kembalikan handphone milik Rika.
“Oke, jadi yang mana yang mau kamu kenalin duluan?” tanyaku menantang.
“Ya ampun, kamu udah ga sabaran banget ya Pin?” ucapnya meledekku.
“Kan lebih cepat lebih baik Ka,” jawabku sambil nyengir.
“Emangnya kenapa sih kok kamu tiba-tiba minta dikenalin gini?” tanyanya penasaran.
“Ya karena emakku udah kasih kode terus minta dikasih cucu Ka” jawabku polos.
“Coba dari dulu kamu berani melamar aku, pasti sekarang emak kamu udah gendong cucu banyak,” jawabnya sambil tertawa.
“Kalau kamu yang jadi istri aku kasian nanti kamu aku peperin upil sama aku kentutin terus setiap hari, “ jawabku sambil bercanda.
“yasudah, nanti coba aku tanya siapa yang besok bisa di ajak ketemu, nanti malam aku kabari lagi, bagaimana?” tanyanya kepadaku.
“Oke , makasih ya Ka, kamu emang sahabat aku yang paling cuaaaantik se Bekasi dan sekitarnya,” jawabku penuh kegembiraan.
“Alah GOMBAL!” jawabnya sambil tertawa.

Akhirnya pukul 17:30 kami pulang.berhubung hari sudah hampir gelap, ku antar Rika sampai ke rumahnya. Sesampainya dirumah aku langsung pamit pulang.
“Enggak mampir dulu Pin?” tanyanya.
“Kapan-kapan aja deh, aku mau buru-buru ke toko soalnya, ada yang harus dikerjain,” jawabku.
“Yaudah, hati-hati ya Pin di jalan, makasih udah nganterin. Jangan lupa solat magrib dulu, kalau sudah sampai BBM ya biar aku enggak khawatir,” ucap Rika panjang lebar.
“Siap Nyonya! Assalamualaikum!” ucapku sambil menyalakan mesin motor.
“Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh,” jawabnya sambil tersenyum.

Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, aku terus memandangi layar handphone, belum juga ada kabar dari Rika tentang temannya yang akan dia kenalkan. BBM terakhirnya hanyalah, “Yaudah, syukur kalau gitu. Buruan solat magrib sana”. Jawaban setelah aku mengabarinya kalau aku sudah sampai toko. Akhirnya pukul 22:00 aku menutup tokoku.
Karyawanku Iwan mengejekku, “ya ampun bos, dari tadi sampe toko tutup kerjaanya liatin hape terus”.
“Alah diem kamu Wan, urusan masa depan nih,” jawabku.
“Yaudah terserah bos aja, saya pulang duluan ya bos,” jawabnya sambil pamit.
“Iya, hati-hati Wan,” jawabku singkat sambil terus memandangi layar handphoneku.
Saat aku bersiap-siap mau menyalakan mesin motorku, tiba-tiba handphoneku bergetar, “Ah ini pasti Rika,” ucapku senang. Tapi ternyata sms dari no asing. Mama lagi di kantor polisi katanya, minta pulsa 50.000, nanti diganti, cepat pak polisinya mau pulang. Ah aneh-aneh saja, aku balas saja “Mamaku ga pernah minta pulsa, kalau minta cucu baru aku percaya ini mamak”. Kemudian handphoneku bergetar lagi, ah kurang ajar ini orang iseng, apa jangan-jangan emakku beneran? Aduh gawat ini. Saat kulihat di layar ternyata yang masuk adalah BBM, dari Rika pula, dia bilang, “Besok yang namanya Ayu mau aku kenalin sama kamu, kita ketemu di Big Jones lagi jam lima sore bisa ga Pin?”
Langsung kubalas dalam sekejap, “Iya, bisa, bisa banget. Jam lima ya, tenang aja, aku janji ga akan telat lagi”.
Rika pun hanya membalas dengan sebuah emoticon, “ ;-)”.
Hohoho perasaanku saat ini benar-benar bahagia sekali, sepanjang jalan pulang aku senyum-senyum sendiri seperti orang yang kebanyakan menghisap lem aibon. Tak sabar rasanya menunggu esok hari. Aku akan dikenalkan dengan seorang wanita yang bernama Ayu. Semoga sesuai seperti apa yang kuharapkan. Apalagi aku juga hobi menulis, mungkin kami bisa banyak kesamaan dan nyambung nanti.

Malam makin larut, para lalat pun sudah menghilang dari peradaban, tergantikan oleh nyamuk-nyamuk betina yang sibuk berseliweran mencari darah segar. Kumatikan lampu kamar, kuoleskan lotion anti nyamuk, kemudia kubaca doa sebelum makan, supaya nyamuk-nyamuk dan setan pada pergi karena takut kumakan. Ah ngawurnya diriku ini, kulanjutkan dengan doa sebelum tidur, “bismika Allahuma ahya wa amut”. Kupejamkan mata ini, sambil berharap esok hari semua akan sesuai harapan dan rencana. Semoga esok pagi mentari masih bersinar dengan hangat membawa harapan-harapan para pria jomblo sepertiku yang haus akan kasih sayang. Sehingga tak akan tidur ditemani nyamuk-nyamuk betina lagi. Dan tak akan bangun berdua lagi, tapi bertiga bersama pasangan hidupnya juga. Selamat malam para makhluk bertulang belakang, mimpi yang indah!

Related Posts:

2 Responses to "30 HARI MENCARI ISTRI (2)"

  1. Hallo Arev, ceritanya menarik dan saya ketagihan membacanya, rasa tidak sabar menunggu kelanjutannya. Salam kenal ya.

    ReplyDelete
  2. terima kasih, tulisan anda juga bagus. saya jadi tau kebudayaan-kebudayaan di daerah lain. benar-benar ilmu baru buat saya...^^

    ReplyDelete