RIKA MEYLAWATI
Oleh : Arev Culle’
Selasa, 06 Januari 2015. Pagi yang cerah di Bekasi, setelah
beberapa hari ini terus diguyur hujan. Burung-burung berkicau dengan riang.
Anak-anak kucing berkejar-kejaran saling mencoba untuk menangkap buntut
saudaranya. Juga sepasang ayam jago dan ayam betina yang sedang mematuki tanah
bersama-sama, kemanapun sang jago pergi sang betina terus mengikuti.
Seolah-olah diam-diam mereka mengejekku lirih, ayam aja berpasangan masa kamu
masih sendiri aja. Ah... ayam kurang ajar, seandainya ini lebaran sudah
kupotong kalian untuk dibuat opor ayam. Sebenarnya sih ayam itu enggak salah
apa-apa, cuma memang kadang pria yang terlalu lama membujang sepertiku ini tiba-tiba
bisa jadi sangat sensitif, jangankan melihat ayam yang berduaan. Melihat
handphone sama charger aja kadang bisa bikin sebel. Masa charger aja ada
pasangannya, sementara saya masih jomblo aja Tuhan???
Tapi hari ini akhirnya aku bisa bertemu dengan sahabatku
Rika untuk membicarakan lebih lanjut mengenai perjodohanku dengan
teman-temannya. Nanti pukul empat sore kami janjian untuk bertemu di cafe Big
Jones untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut. Dia sempat menolak saat
kemarin kutelpon dia untuk membantuku mencari jodoh. Tapi setelah kupaksa dan
kumohon-mohon akhirnya dia bersedia juga, aku tau dia, dia tak akan tega
melihat sahabatnya menderita, apalagi karena masalah cinta. Entah kenapa ada
rasa yang berbeda hari ini. Biasanya kami sering bertemu, tapi rasanya biasa
saja. Entah kenapa hari ini sejak bangun tidur jantungku terus berdegup keras.
Seperti seekor ayam yang mau dipotong.
Memang kalau menyangkut masalah cinta, aku ini adalah pecundang dari para
pecundang. Selama ini hanya bisa mengagumi wanita-wanita yang ku taksir, tak pernah
sedikitpun mempunyai keberanian untuk menjalani hubungan yang serius. Mungkin
karena sifatku yang terlalu cuek, jadi jarang ada wanita yang menganggapku
serius. Bayangkan saja, di depan teman-teman wanitaku aku tak segan ataupun
malu untuk ngupil, bersendawa bahkan kentut. Bahkan pernah ada wanita yang
kuajak jalan dan hanya kubelikan segelas air mineral. Setelah itu entah kenapa
dia tak pernah mengabariku lagi, bahkan BBMku pun di delcont. Sampai sekarang
aku tak pernah mengerti apa yang ada di otak wanita, masa hanya karena segelas
air mineral tiba-tiba dia menjauhiku? Wanita memang rumit, lebih rumit dari
kalkulus, statistik maupun algoritma komputer.
Jam di tanganku menunjukkan pukul 14:30, akupun sudah rapih,
wangi dan kece. Waktunya aku berangkat menuju Cafe Big Jones untuk menemui
Rika.
Akupun lagsung BBM
Rika, “PING”.
“kenapa Pin?” jawabnya.
“Jadi kan ketemu di Big Jones?” balasku.
“Iya jadi, ni aku mau jalan,” balasnya.
“Oke, aku juga otewei nih!” balasku.
“Sipp, C U,” balasnya singkat.
Akupun segera bersiap, kupakai helmku langsung kupacu kuda
besiku menuju Cafe. Mudah-mudahan nanti Rika sudah punya daftar teman-temannya
yang akan dikenalkan kepadaku. Semakin dipikirkan, aku jadi semakin tak sabar.
Tanpa sadar tiba-tiba ban motorku kempes, aku berhenti dan melihat. Ah... kena
paku lagi, “Dasar paku kurang ajar!” teriakku kepada si paku. Padahal paku itu
tak akan pernah mendengar walau aku memaki, memuji ataupun menciuminya, paku
itu tetaplah paku. Tak akan berubah atau tiba-tiba bisa berbicara dan meminta
maaf. Tapi berhubung saking terburu-burunya dan antusiasnya diri ini.
Menyebabkan logikaku tak lagi jalan, habislah paku itu kumarah-marahi. Setelah
puas dan merasa enggak waras sendiri, kutuntun motorku sampai menemukan tambal
ban terdekat.
Pukul 16:00 baru aku menemukan tukang tambal ban, “Bang,
tambal! Ga pake lama ya!” ucapku kepada si tukang tambal ban. “Oke boss!”
ucapnya bersemangat. Kebetulan saat itu sedang sepi pelanggan, jadi motorku
langsung dikerjakan. Tiba-tiba ada BBM masuk, “Aku udah sampai nih Pin”. Ah
gawat, Rika sudah sampai, sementara aku baru mau mulai ditambal bannya. Lalu
kubalas, “Aduh Ka, maaf ya ban aku bocor nih, ini lagi nambal. Kamu nunggu agak
lama gapapa kan? Maaf banget ya”. Beberapa menit berlalu tak ada balasan dari
Rika, aku mulai khawatir, jangan-jangan dia marah kepadaku. Baru saja aku mau
menekan tombol “PING”, tiba-tiba ada balasan dari Rika, “Iya Pin, tenang aja
aku tungguin kok”. Ah, tenang rasanya. Rika memang sahabatku yang paling baik,
santun, penyabar pula. Lima belas menit berlalu, akhirnya motorku selesai juga
di tambal.
“udah ni bos!” ucap tukang tambal ban.
“iya bang, berapa jadinya?” tanyaku.
“10.000 bos!” jawabnya.
“Buset, mahal amat si bang?” jawabku tak percaya.
“Ya kan BBM naik bos,” jawabnya.
“Abang kan nambelnya pake spiritus, apa hubunganya sama
BBM?” jawabku heran.
“Ya tapi kan saya juga butuh tenaga, makanan, kopi, rokok
naik semua bos!” jawabnya ga mau kalah.
“Yaudahlah, ni bang. Makasih ya!” ucapku sambil memberikanya
selembar uang sepuluh ribuan.
“Oke, sama-sama bos,” jawabnya sambil tersenyum puas.
Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan dewa, kusalip sepeda
dan becak-becak, kuterobos polisi-polisi yang sedang tidur, kuhajar
jalanan-jalanan yang berlubang, untung mereka enggak menghajar balik. Akhirnya
pukul 16:30 aku sampai juga di cafe. Kuparkir motorku, lalu kupergi kedalam,
setelah masuk pintu aku clingak-clinguk seperti kucing garong yang sedang
mencari mangsa. Seperti om-om girang yang lagi mencari cabe-cabean. Lalu
kulihat sesosok wanita cantik berhijab ungu malambaikan tangan kepadaku.
Seperti boneka kucing di counter-conter hape di glodok, yang tanganya
melambai-lambai. Itu dia si Rika, sahabatku yang paling baik, solehah, rajin
menabung dan tidak sombong. Aku segera menghampirinya. Kemudian duduk di
depannya yang sedang memegang buku novel sambil minum es teh manis.
Lalu berbasa basi, “Udah lama Ka?”
“Enggak, baru 1800 detik,” jawabnya mengejek.
“Maaf deh, mana tau kalau mau bocor Ka, kurang ajar emang
tuh paku,” jawabku membela diri.
“Huss, kenapa jadi paku yang disalahin si? Lagian aku gapapa
kok, hitung-hitung bisa nerusin baca novel ini sambil nungguin kamu,” jawabnya
sambil tersenyum.
“Yaudah aku laper, kita pesen makanan yuk, aku yang bayarin
deh, sebagai permintaan maafku,” ucapku kepadanya.
“Oke,” jawabnya singkat.
Akhirnya kami berdua memesan makanan dan menikmatinya dengan
khusuk. Sambil beberapa kali aku bersendawa di depannya. Tapi ia santai saja,
karena ia sudah terbiasa dengan kelakuan-kelakuanku yang aneh. Dia salah satu
sahabat yang bisa menerimaku apa adanya. Benar-benar wanita yang langka,
mungkin hanya ada satu dari seribu orang wanita sepertinya. Ya, dialah Rika
Meylawati, wanita yang kukenal dua tahun yang lalu, saat aku masih kuliah
smester lima. Dia adalah adik kelasku, kami dekat karena dia adalah anggota di
LDK kampus sama sepertiku. Awalnya kami biasa saja, tapi semenjak kami sering
bertemu dan mengadakan acara-acara bersama, kami jadi semakin akrab. Bahkan
sampai sekarang, dua tahun lamanya kami masih tetap bersahabat walau sudah
lulus. Kini ia sibuk bekerja di sebuah perusahaan swasta, sementara aku sibuk
berwira usaha membuka usaha foto copy di dekat kampusku dulu. Selama dua tahun
ini dia sudah seperti saudara sendiri bagiku, jangankan hanya sendawa, kentut
bahkan ngupil pun sering aku lakukan di depannya, dia pun selalu mensupportku
saat aku sedang kurang enak hati. Dia adalah wanita yang pintar, nilai-nilainya
di kampus dulu selalu bagus, selalu kritis jika ada acara-acara debat di
kampus, bahkan sempat menjabat menjadi ketua LDK saat smester akhir. Tapi yang
paling membuatku kagum dia adalah wanita yang “low liver” kalau kata
Vickynisasi, atau bahasa Indonesianya rendah hati. Tak pernah pilih-pilih dalam
berteman, bersikap ramah kepada siapapun, jarang marah pula. Dia juga tipe
wanita yang solehah, jilbabnya selalu konsisten ia pakai, walau belum syar’i,
ia pun tak pernah memakai make up yang menor-menor seperti banci di lampu
merah, make upnya hanya bedak seperlunya, lipgloss dan air wudhu. Suaranya pun
merdu ketika ia membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, tak heran dulu ia selalu
dipilih untuk membaca saritilawah ketika ada acara-acara LDK. Tapi dibalik
semua kelebihannya itu, ada satu kekurangannya, ia tak bisa mengendarai sepeda
ataupun motor sampai detik ini.Entah kenapa, walau sudah sering belajar, tapi
tetap saja enggak ada kemajuan yang berarti. Terakhir dia mencoba belajar
sepeda, seekor anak kucing menjadi korbannya, karena panik dan tak bisa
mengerem, terlindaslah anak kucing itu, dia pun jatuh. Lalu ia menangis,
lupikir karena sakit saat jatuh, ternyata ia menangisi anak kucing itu, sejak
saat itu ia merasa sangat amat tamat bersalah, dia terus menangis saat kami
mengubur anak kucing itu dan sejak saat itu dia berjanji ga akan mau belajar
sepeda ataupun motor lagi.
Setelah selesai makan dan kenyang aku mulai membuka
pembicaraan tentang tujuan kami bertemu hari ini.
“Bagaimana Ka, sudah ada temanmu yang mau dikenalin sama
aku?” tanyaku sambil ngupil.
“ada nih sekitar lima orang yang masih jomblo, tuh kamu liat
sendiri penampakannya,” ucapnya sambil memberikan handphonenya.
Kuamati foto profilnya satu persatu di layar kontak BBMnya,
ada satu yang manis, putih dan berhijab orange, Nita CelaluTercenyumBahagia
namanya, “Ah ini anak sedikit alay pikirku”. Lalu ada yang namanya Wina
Lestari, ini adalah teman kami waktu di LDK dulu, anaknya hitam manis, Cuma
agak pendiam. Tak banyak yang ku ketahui tentangnya. Lalu ada lagi wanita
berambut panjang, cantik dan tinggi yang sedang berfoto di Bali, “Kalau ini
pasti hobinya jalan-jalan,” Dewi Ratnawati namanya. Kemudian ada foto wanita
yang disamping fotonya ada tulisan “RIGHT! I’M A WRITER”, seperti logo yang
banyak muncul di dunia maya waktu kampanye pilpres dulu, dia pasti seorang
penulis, entah profesional atau masih amatir, namanya Ayu Novitasari. Dan yang
terakhir adalah wanita bernama Intan Saraswati, tetapi foto profilnya adalah
gambar kartun wanita yang berhijab, “Ini tipe wanita yang enggak pede
memperlihatkan wajahnya”. Lalu ku
kembalikan handphone milik Rika.
“Oke, jadi yang mana yang mau kamu kenalin duluan?” tanyaku
menantang.
“Ya ampun, kamu udah ga sabaran banget ya Pin?” ucapnya
meledekku.
“Kan lebih cepat lebih baik Ka,” jawabku sambil nyengir.
“Emangnya kenapa sih kok kamu tiba-tiba minta dikenalin
gini?” tanyanya penasaran.
“Ya karena emakku udah kasih kode terus minta dikasih cucu
Ka” jawabku polos.
“Coba dari dulu kamu berani melamar aku, pasti sekarang emak
kamu udah gendong cucu banyak,” jawabnya sambil tertawa.
“Kalau kamu yang jadi istri aku kasian nanti kamu aku
peperin upil sama aku kentutin terus setiap hari, “ jawabku sambil bercanda.
“yasudah, nanti coba aku tanya siapa yang besok bisa di ajak
ketemu, nanti malam aku kabari lagi, bagaimana?” tanyanya kepadaku.
“Oke , makasih ya Ka, kamu emang sahabat aku yang paling
cuaaaantik se Bekasi dan sekitarnya,” jawabku penuh kegembiraan.
“Alah GOMBAL!” jawabnya sambil tertawa.
Akhirnya pukul 17:30 kami pulang.berhubung hari sudah hampir
gelap, ku antar Rika sampai ke rumahnya. Sesampainya dirumah aku langsung pamit
pulang.
“Enggak mampir dulu Pin?” tanyanya.
“Kapan-kapan aja deh, aku mau buru-buru ke toko soalnya, ada
yang harus dikerjain,” jawabku.
“Yaudah, hati-hati ya Pin di jalan, makasih udah nganterin.
Jangan lupa solat magrib dulu, kalau sudah sampai BBM ya biar aku enggak
khawatir,” ucap Rika panjang lebar.
“Siap Nyonya! Assalamualaikum!” ucapku sambil menyalakan
mesin motor.
“Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh,” jawabnya
sambil tersenyum.
Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, aku terus memandangi
layar handphone, belum juga ada kabar dari Rika tentang temannya yang akan dia
kenalkan. BBM terakhirnya hanyalah, “Yaudah, syukur kalau gitu. Buruan solat
magrib sana”. Jawaban setelah aku mengabarinya kalau aku sudah sampai toko.
Akhirnya pukul 22:00 aku menutup tokoku.
Karyawanku Iwan mengejekku, “ya ampun bos, dari tadi sampe
toko tutup kerjaanya liatin hape terus”.
“Alah diem kamu Wan, urusan masa depan nih,” jawabku.
“Yaudah terserah bos aja, saya pulang duluan ya bos,”
jawabnya sambil pamit.
“Iya, hati-hati Wan,” jawabku singkat sambil terus
memandangi layar handphoneku.
Saat aku bersiap-siap mau menyalakan mesin motorku,
tiba-tiba handphoneku bergetar, “Ah ini pasti Rika,” ucapku senang. Tapi ternyata
sms dari no asing. Mama lagi di kantor polisi katanya, minta pulsa 50.000,
nanti diganti, cepat pak polisinya mau pulang. Ah aneh-aneh saja, aku balas
saja “Mamaku ga pernah minta pulsa, kalau minta cucu baru aku percaya ini
mamak”. Kemudian handphoneku bergetar lagi, ah kurang ajar ini orang iseng, apa
jangan-jangan emakku beneran? Aduh gawat ini. Saat kulihat di layar ternyata
yang masuk adalah BBM, dari Rika pula, dia bilang, “Besok yang namanya Ayu mau
aku kenalin sama kamu, kita ketemu di Big Jones lagi jam lima sore bisa ga
Pin?”
Langsung kubalas dalam sekejap, “Iya, bisa, bisa banget. Jam
lima ya, tenang aja, aku janji ga akan telat lagi”.
Rika pun hanya membalas dengan sebuah emoticon, “ ;-)”.
Hohoho perasaanku saat ini benar-benar bahagia sekali,
sepanjang jalan pulang aku senyum-senyum sendiri seperti orang yang kebanyakan
menghisap lem aibon. Tak sabar rasanya menunggu esok hari. Aku akan dikenalkan
dengan seorang wanita yang bernama Ayu. Semoga sesuai seperti apa yang
kuharapkan. Apalagi aku juga hobi menulis, mungkin kami bisa banyak kesamaan
dan nyambung nanti.
Malam makin larut, para lalat pun sudah menghilang dari
peradaban, tergantikan oleh nyamuk-nyamuk betina yang sibuk berseliweran
mencari darah segar. Kumatikan lampu kamar, kuoleskan lotion anti nyamuk,
kemudia kubaca doa sebelum makan, supaya nyamuk-nyamuk dan setan pada pergi
karena takut kumakan. Ah ngawurnya diriku ini, kulanjutkan dengan doa sebelum
tidur, “bismika Allahuma ahya wa amut”. Kupejamkan mata ini, sambil berharap esok
hari semua akan sesuai harapan dan rencana. Semoga esok pagi mentari masih
bersinar dengan hangat membawa harapan-harapan para pria jomblo sepertiku yang
haus akan kasih sayang. Sehingga tak akan tidur ditemani nyamuk-nyamuk betina
lagi. Dan tak akan bangun berdua lagi, tapi bertiga bersama pasangan hidupnya
juga. Selamat malam para makhluk bertulang belakang, mimpi yang indah!
Hallo Arev, ceritanya menarik dan saya ketagihan membacanya, rasa tidak sabar menunggu kelanjutannya. Salam kenal ya.
ReplyDeleteterima kasih, tulisan anda juga bagus. saya jadi tau kebudayaan-kebudayaan di daerah lain. benar-benar ilmu baru buat saya...^^
ReplyDelete