Terus terang, kenapa saya tidak menunjukkan foto asli di akun sosial media? Sebab jujur saja, wajah saya kurang ganteng. Tak mirip Morgan, Ibnu Jamil, Rido Rhoma, tapi tidak juga separah kalong Kue Roma penyok. Biasa saja.
Walau biasa, berusaha juga saya tampil cakep. Cukur rambut, mengikuti gaya anak muda. Dijambul tengah, jadi mirip ultramen. Dan wajah, walau kasar bekas jerawat, saya usahakan putih dengan pembersih. Tak tanggung, saya beli pembersih mahal. Maha versi dompet saya tentu saja.
Pada kemasannya terbaca, krim ini harus di-pencret-kan ke tangan kemudian dioleskan ke wajah, pagi dan sore. Dan itulah yang saya praktikkan. Meniru bintang iklan, di kamar mandi, saya bercermin ke kaca spion yang dipasang berdiri pada tempat penyimpanan sabun. Kemudian, gosok-gosok pipi dengan krim itu, dengan posisi melingkar, dan supaya terbiarkan, bekerja membersihkan wajah, saya mandi dulu dan gosok gigi. Barulah seusai itu, dibasuh dengan air.
Cangkangnya menyebutkan, setelah sekitar dua minggu, wajah akan cerah. Saya tak tahu, maksud cerah di sini seperti apa. Cerah menjadi putih, atau berkilauan seperti bangku sering diduduki gitu?
Sebenarnya, waktu jalan-jalan ke minimarket mencari krim pembersih ini, saya mencari krim pembersih yang bisa memutihkan wajah. Beberapa hari terakhir saya sering panas-panasan, hingga menyebabkan kulit wajah dan tangan menghitam. Dan sekarang, ingin mengembalikannya menjadi putih, maka saya beli krim pembersih.
* * *
Saya pertanyakan, sebenarnya apa yang sedang saya lakukan ini apa namanya?
Lari dari kenyataan bukan?
Kenyataan menandaskan, manusia itu semakin lama semakin tua. Kulit semakin peot, wajah semakin tidak menarik. Namun saya, menginginkan sebaliknya. Wajah bersih, putih, terlihat muda, kencang, itulah yang saya inginkan.
0 Response to "Lari Dari Kenyataan"
Post a Comment