Pagi itu
Rohman terbangun lebih dulu daripada Maya. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, ia mengintip anak perempuannya
yang masih tertidur lelap di kamarnya, kemudian turun ke lantai bawah. Ia duduk
di sofa sambil menyalakan televisi untuk menyaksikan acara berita, tak sengaja
Rohman melihat handphone istrinya yang tergeletak di meja. Dihantui rasa
penasaran ia kemudian mengambilnya dan mnyalakannya. Tak lama setelah logo ‘Nokia’
keluar, muncullah sebuah wallpaper bergambar seorang pasangan yang sedang duduk
di pelaminan, ya, itu adalah foto pernikahan mereka berdua. Kenangan terindah
yang berhasil mereka abadikan, dan terus mereka simpan agar selalu terbayang
betapa indahnya saat itu. Tak lama handphone bergetar, rupanya ada sebuah sms
yang masuk. Dari sebuah nomor yang tidak tersimpan di handphone milik Maya.
Rohman kemudian membuka dan membacanya.
‘Aku masih sangat mencintaimu Maya’
Rohman terkejut, siapa gerangan orang ini yang dengan
beraninya mengucapkan kata cinta kepada istrinya tercinta. Ia kemudian membalas
pesan tersebut.
‘Kamu siapa?’
Beberapa menit kemudian ada sms masuk kembali. Jantung Rohman
berdegup kencang, pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Apa yang Maya
lakukan di belakangnya? Siapa sebenarnya orang ini? Sudah berapa lama hal ini
tak ia ketahui? Setelah membuka pesan yang baru saja masuk akhirnya semua
tanyanya terjawab, darah seperti naik dengan cepat menuju kepalanya, jantungnya
berdegup makin kencang. Bahkan berita di televisi sudah tak ia perdulikan lagi
setelah melihat sebuah nama di handphone istrinya. Nama yang telah ia kenal
sejak dulu, nama yang sudah dikubur dalam-dalam oleh sang istri, nama yang
pernah ia singkirkan saat berusaha mendapatkan pujaan hatinya.
‘Aku WAHYU, mantan kekasihmu’
***
Dua
tahun telah berlalu sejak Rohman mengetahui apa yang terjadi di belakangnya
antara istrinya dan mantan kekasihnya. Ia tak pernah sedikitpun menyinggung
masalah tersebut, lebih memilih diam demi menjaga keutuhan rumah tangganya. Amarah
dan beribu pertanyaan di dalam pikirannya lebih ia pilih untuk menyimpannya
sendiri, rapat-rapat di dalam hatinya tanpa membiarkan seorangpun untuk
mengetahuinya. Selama Wahyu tak mencoba untuk menyentuh Maya, ia lebih memilih
untuk bersabar dan percaya kepada istrinya. Tapi jika suatu saat Wahyu sampai
berani untuk menemui bahkan menyentuh istrinya, mungkin ia bisa melakukan hal
yang tak pernah ia inginkan untuk terjadi, bahkan semua amarahnya yang ia
simpan sampai saat ini bisa saja ia luapkan hingga membuatnya kehilangan
kesadaran dan akal sehatnya.
Ternyata Wahyu bukanlah orang yang pantang menyerah. Setelah
pesan-pesannya tak pernah di gubris lagi oleh Maya, ia tak kehabisan akal,
lewat teman-teman dekatnya ia mencoba untuk mencari tahu di mana tempat tinggal
Maya. Sampai akhirnya Wahyu mengetahuinya dan hampir seminggu ia telah
mengintai kediaman sang mantan kekasihnya. Mempelajari kapan rumah itu sepi,
kapan Rohman pergi dan pulang kerja, siapa saja yang sering berkunjung ke rumah
tersebut dan bagaimana keadaan di rumah tersebut. Entah apa yang sedang ia rencanakan
di dalam otaknya, yang jelas rasa cintanya yang mendalam kepada Maya dan
dendamnya kepada Rohman yang telah merebut kekasihnya, membuatnya tak bisa
hidup tenang sebelum melihat rumah tangga itu hancur.
10 April 1993 adalah hari dimana awal bencana di keluarga
Rohman terjadi. Setelah seminggu mengamati kediaman Rohman, malam itu pukul
23:00 Wahyu menyelinap memasuki rumah keluarga tersebut. Ia mengendap-endap
memasuki pekarangan rumah,membawa gulungan tambang dan sebuah pistol di dalam
kantongnya. Entah apa yang sedang ia rencanakan. Wahyu melongok ke jendela,
terlihat Rohman sedang tertidur lelap di sofa, ia kemudian berjalan menuju
pintu belakang. Setelah mengutak atik gagang pintu, ‘cklak’ pintu berhasil dibuka,
masuklah ia ke dalam dapur, kemudian diam-diam menyelinap ke ruang tamu tempat
Rohman sedang tertidur lelap. Perjalan pelan-pelan di belakang sofa kemudian
dengan cepat memukulkan gagang pistolnya ke kepala Rohman hingga membuatnya tak
sadarkan diri. Darah segar terlihat mengalir dari dahi Rohman mengalir menuju
pipinya. Ia kemudian menggotong tubuh Rohman yang tak sadarkan diri, membawanya
menaiki tangga menuju ke lantai dua.
Wahyu membuka kamar Maya, terlihat perempuan cantik itu
sedang tertidur lelap bersama putrinya. Kemudian menyandarkan tubuh Rohman ke
dinding kamar dengan posisi terduduk di lantai. Mengeluarkan kain yang telah ia
berikan obat bius, ia tempelkan kepada Maya dan anaknya yang masih berusia dua
tahun. Sang anak langsung terlelap dalam alam bawah sadar, sementara Maya
sempat memberontak tapi akhirnya kalah juga, tubuhnya mulai melemas, matanya
kemudian terpejam dan akhirnya obat bius tersebut bekerja mematikan
kesadarannya. Segera ia membawa Arin dan menidurkannya di kamar sebelah,
kemudian mengunci pintunya. Lalu mengambil kursi dari ruang makan dan bergegas
menuju ke kamar Maya lagi. Diangkatnya tubuh Rohman, didudukkan ke kursi
tersebut, kemudian mengikatnya dengan erat menggunakan tambang. Mulut Rohman
pun ia sumpal dengan kain agar ia tak bersuara saat sadar nanti.
Setelah mengikat Rohman di kursi, menghadap ke kasur tempat Maya
yang sedang diikat tangan dan kakinya ke ujung tempat tidur oleh wahyu. Lalu ia
menuju toilet di kamar tersebut, membawa segayung air, kemudian menyiramkannya
ke wajah Rohman yang terikat di kursi. ‘BYUUUUR’ perlahan kesadaran Rohman
kembali,pandangannya masih kabur, sakit yang teramat sangat mulai ia rasakan di
dahinya. Setelah pandangannya kembali jelas ia melihat sang istri tercinta
sedang terikat tangan dan kakinya. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari
ikatan, tapi usahanya sia-sia, ikatan tersebut terlalu kencang membelit seluruh
tubuhnya. Suaranya pun tak bisa keluar karena tersumpal oleh gumpalan kain. Lalu
sesosok pria terlihat keluar dari kamar mandi, membawa segayung air, itu adalah
sosok yang ia kenal, pria bertubuh atletis, dengan wajah oval. Gaya rambut
disisir ke belakang dengan rapi bagai mafia. Dia adalah Wahyu, mantan kekasih
istrinya. Matanya melotot memandangi pria tersebut, ia semakin keras mencoba
untuk melepaskan diri. Lelaki di hadapannya hanya tersenyum melihat Rohman yang
terus menggeliat mencoba melepaskan diri dari ikatannya.
Wahyu berjalan mendekati Maya yang masih terbius di atas
kasur. Sementara Rohman tak henti-hentinya mencoba melepaskan ikatan di
tubuhnya. Mencoba berteriak dalam sumpalan. Mencoba menghentikan Wahyu yang
ingin berbuat jahat kepada istrinya yang paling ia cintai.
“Apa kabar Tuan Rohman yang terhormat?” tanya Wahyu berbasa
basi.
“Oh, tentu baik-baik saja bukan, benar-benar membahagiakan. Istri yang cantik, anak yang
lucu, rumah yang bagus. Kehidupan yang sempurna,” lanjutnya.
“Mungkin kau bertanya-tanya apa yang aku lakukan di sini? Aku
hanya ingin mengambil apa yang dulu pernah kau rebut dariku Tuan, wanita yang
sangat aku cintai, yang tiba-tiba meninggalkanku hanya karena ada seorang pria
mapan yang melamarnya. Kau tau betapa hampanya hidupku setelah kau mengambilnya
dariku? Betapa kau telah menhancurkan hidupku Tuan? Malam ini akulah yang akan
menghancurkan hidupmu, yang akan membuat kebahagiaanmu berakhir. Aku kembali
untuk membalas semua yang telah kau lakukan terhadapku, nikmatilah karmamu! “
‘BYURRRR’ disiramkanya air di gayung ke wajah Maya, seketika
wanita cantik itu tersadar. Matanya terbelalak melihat sosok Wahyu.
“Sssst... jangan berteriak sayang, atau akan ku buat sebuah
lubang tepat di kepala suamimu tercinta,” ucap Wahyu sambil menodongkan pistol
ke arah Rohman.
“Apa yang ingin kau lakukan? apa yang kau mau? Lepaskan
suamiku, Mana anakku?” jawab Maya panik.
“sssstt... tenang sayang, semua akan baik-baik saja selama
kau menuruti semua perkataanku, anak dan suamimu akan selamat asal kau tidak
berbuat hal yang macam-macam,” ucap Wahyu sambil menaruh jari telunjukknya di
bibir Maya.
“Baiklah, tapi tolong jangan sakiti mereka, aku akan lakukan
apapun yang kau mau, uang, perhiasan, apapun yang kau mau ambillah,” jawab Maya
sambil meneteskan air mata.
“aku tidak menginginkan hartamu, aku tak butuh semua itu
sayang,” tangan Wahyu mebelai belai pipi Maya.
“Lalu apa yang kau inginkan, tolong jangan kau ganggu rumah
tanggaku,” pinta Maya memelas.
“KAMU!, kamulah yang aku
inginkan, malam ini kau adalah milikku,” perlahan-lahan Wahyu mulai membuka
pakaian yang dikenakan Maya.
Maya terdiam tak
berdaya, jika ia berteriak maka suaminya akan dibunuh, ingin memberontak pun ia
tak bisa, tangan dan kakinya terikat ke ujung tempat tidur. Ia hanya bisa
memejamkan kedua matanya, air mata terus mengalir dari kedua mata indahnya.
Malam itu, Wahyu memperkosa Maya di depan mata Rohman,
Rohman terus memberontak mencoba melepaskan diri, berteriak semampunya,
bulir-bulir air mata mengalir deras menetes dari wajah Rohman dan Maya. Ia tak
bisa berbuat apa-apa melihat istrinya yang paling ia cintai di gagahi di
depannya. Begitupun Maya, ia hanya bisa terdiam menahan malu dan rasa bersalah
kepada suaminya. Malam itu adalah malam terburuk dalam hidup kedua pasangan
tersebut. Dan malam itu pula asal mula bagaimana Okta tercipta di dunia ini.
‘AKAN KUBUNUH KAU WAHYU!,’ ucap Rohman dalam hatinya yang
penuh amarah.
Bersambung...
waw kamu pandai banget menulisnya. saya suka. semoga karya ini jadi buku
ReplyDeletewaw kamu pandai banget menulisnya. saya suka. semoga karya ini jadi buku
ReplyDelete