JANGAN SAKITI MALAIKATKU (2)

                Pagi itu Rohman terbangun lebih dulu daripada Maya. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, ia mengintip anak perempuannya yang masih tertidur lelap di kamarnya, kemudian turun ke lantai bawah. Ia duduk di sofa sambil menyalakan televisi untuk menyaksikan acara berita, tak sengaja Rohman melihat handphone istrinya yang tergeletak di meja. Dihantui rasa penasaran ia kemudian mengambilnya dan mnyalakannya. Tak lama setelah logo ‘Nokia’ keluar, muncullah sebuah wallpaper bergambar seorang pasangan yang sedang duduk di pelaminan, ya, itu adalah foto pernikahan mereka berdua. Kenangan terindah yang berhasil mereka abadikan, dan terus mereka simpan agar selalu terbayang betapa indahnya saat itu. Tak lama handphone bergetar, rupanya ada sebuah sms yang masuk. Dari sebuah nomor yang tidak tersimpan di handphone milik Maya. Rohman kemudian membuka dan membacanya.

‘Aku masih sangat mencintaimu Maya’

Rohman terkejut, siapa gerangan orang ini yang dengan beraninya mengucapkan kata cinta kepada istrinya tercinta. Ia kemudian membalas pesan tersebut.

‘Kamu siapa?’

Beberapa menit kemudian ada sms masuk kembali. Jantung Rohman berdegup kencang, pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Apa yang Maya lakukan di belakangnya? Siapa sebenarnya orang ini? Sudah berapa lama hal ini tak ia ketahui? Setelah membuka pesan yang baru saja masuk akhirnya semua tanyanya terjawab, darah seperti naik dengan cepat menuju kepalanya, jantungnya berdegup makin kencang. Bahkan berita di televisi sudah tak ia perdulikan lagi setelah melihat sebuah nama di handphone istrinya. Nama yang telah ia kenal sejak dulu, nama yang sudah dikubur dalam-dalam oleh sang istri, nama yang pernah ia singkirkan saat berusaha mendapatkan pujaan hatinya.

‘Aku WAHYU, mantan kekasihmu’

***

                Dua tahun telah berlalu sejak Rohman mengetahui apa yang terjadi di belakangnya antara istrinya dan mantan kekasihnya. Ia tak pernah sedikitpun menyinggung masalah tersebut, lebih memilih diam demi menjaga keutuhan rumah tangganya. Amarah dan beribu pertanyaan di dalam pikirannya lebih ia pilih untuk menyimpannya sendiri, rapat-rapat di dalam hatinya tanpa membiarkan seorangpun untuk mengetahuinya. Selama Wahyu tak mencoba untuk menyentuh Maya, ia lebih memilih untuk bersabar dan percaya kepada istrinya. Tapi jika suatu saat Wahyu sampai berani untuk menemui bahkan menyentuh istrinya, mungkin ia bisa melakukan hal yang tak pernah ia inginkan untuk terjadi, bahkan semua amarahnya yang ia simpan sampai saat ini bisa saja ia luapkan hingga membuatnya kehilangan kesadaran dan akal sehatnya.

Ternyata Wahyu bukanlah orang yang pantang menyerah. Setelah pesan-pesannya tak pernah di gubris lagi oleh Maya, ia tak kehabisan akal, lewat teman-teman dekatnya ia mencoba untuk mencari tahu di mana tempat tinggal Maya. Sampai akhirnya Wahyu mengetahuinya dan hampir seminggu ia telah mengintai kediaman sang mantan kekasihnya. Mempelajari kapan rumah itu sepi, kapan Rohman pergi dan pulang kerja, siapa saja yang sering berkunjung ke rumah tersebut dan bagaimana keadaan di rumah tersebut. Entah apa yang sedang ia rencanakan di dalam otaknya, yang jelas rasa cintanya yang mendalam kepada Maya dan dendamnya kepada Rohman yang telah merebut kekasihnya, membuatnya tak bisa hidup tenang sebelum melihat rumah tangga itu hancur.

10 April 1993 adalah hari dimana awal bencana di keluarga Rohman terjadi. Setelah seminggu mengamati kediaman Rohman, malam itu pukul 23:00 Wahyu menyelinap memasuki rumah keluarga tersebut. Ia mengendap-endap memasuki pekarangan rumah,membawa gulungan tambang dan sebuah pistol di dalam kantongnya. Entah apa yang sedang ia rencanakan. Wahyu melongok ke jendela, terlihat Rohman sedang tertidur lelap di sofa, ia kemudian berjalan menuju pintu belakang. Setelah mengutak atik gagang pintu, ‘cklak’ pintu berhasil dibuka, masuklah ia ke dalam dapur, kemudian diam-diam menyelinap ke ruang tamu tempat Rohman sedang tertidur lelap. Perjalan pelan-pelan di belakang sofa kemudian dengan cepat memukulkan gagang pistolnya ke kepala Rohman hingga membuatnya tak sadarkan diri. Darah segar terlihat mengalir dari dahi Rohman mengalir menuju pipinya. Ia kemudian menggotong tubuh Rohman yang tak sadarkan diri, membawanya menaiki tangga menuju ke lantai dua.

Wahyu membuka kamar Maya, terlihat perempuan cantik itu sedang tertidur lelap bersama putrinya. Kemudian menyandarkan tubuh Rohman ke dinding kamar dengan posisi terduduk di lantai. Mengeluarkan kain yang telah ia berikan obat bius, ia tempelkan kepada Maya dan anaknya yang masih berusia dua tahun. Sang anak langsung terlelap dalam alam bawah sadar, sementara Maya sempat memberontak tapi akhirnya kalah juga, tubuhnya mulai melemas, matanya kemudian terpejam dan akhirnya obat bius tersebut bekerja mematikan kesadarannya. Segera ia membawa Arin dan menidurkannya di kamar sebelah, kemudian mengunci pintunya. Lalu mengambil kursi dari ruang makan dan bergegas menuju ke kamar Maya lagi. Diangkatnya tubuh Rohman, didudukkan ke kursi tersebut, kemudian mengikatnya dengan erat menggunakan tambang. Mulut Rohman pun ia sumpal dengan kain agar ia tak bersuara saat sadar nanti.

Setelah mengikat Rohman di kursi, menghadap ke kasur tempat Maya yang sedang diikat tangan dan kakinya ke ujung tempat tidur oleh wahyu. Lalu ia menuju toilet di kamar tersebut, membawa segayung air, kemudian menyiramkannya ke wajah Rohman yang terikat di kursi. ‘BYUUUUR’ perlahan kesadaran Rohman kembali,pandangannya masih kabur, sakit yang teramat sangat mulai ia rasakan di dahinya. Setelah pandangannya kembali jelas ia melihat sang istri tercinta sedang terikat tangan dan kakinya. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan, tapi usahanya sia-sia, ikatan tersebut terlalu kencang membelit seluruh tubuhnya. Suaranya pun tak bisa keluar karena tersumpal oleh gumpalan kain. Lalu sesosok pria terlihat keluar dari kamar mandi, membawa segayung air, itu adalah sosok yang ia kenal, pria bertubuh atletis, dengan wajah oval. Gaya rambut disisir ke belakang dengan rapi bagai mafia. Dia adalah Wahyu, mantan kekasih istrinya. Matanya melotot memandangi pria tersebut, ia semakin keras mencoba untuk melepaskan diri. Lelaki di hadapannya hanya tersenyum melihat Rohman yang terus menggeliat mencoba melepaskan diri dari ikatannya.

Wahyu berjalan mendekati Maya yang masih terbius di atas kasur. Sementara Rohman tak henti-hentinya mencoba melepaskan ikatan di tubuhnya. Mencoba berteriak dalam sumpalan. Mencoba menghentikan Wahyu yang ingin berbuat jahat kepada istrinya yang paling ia cintai.

“Apa kabar Tuan Rohman yang terhormat?” tanya Wahyu berbasa basi.

“Oh, tentu baik-baik saja bukan, benar-benar  membahagiakan. Istri yang cantik, anak yang lucu, rumah yang bagus. Kehidupan yang sempurna,” lanjutnya.

“Mungkin kau bertanya-tanya apa yang aku lakukan di sini? Aku hanya ingin mengambil apa yang dulu pernah kau rebut dariku Tuan, wanita yang sangat aku cintai, yang tiba-tiba meninggalkanku hanya karena ada seorang pria mapan yang melamarnya. Kau tau betapa hampanya hidupku setelah kau mengambilnya dariku? Betapa kau telah menhancurkan hidupku Tuan? Malam ini akulah yang akan menghancurkan hidupmu, yang akan membuat kebahagiaanmu berakhir. Aku kembali untuk membalas semua yang telah kau lakukan terhadapku, nikmatilah karmamu! “

‘BYURRRR’ disiramkanya air di gayung ke wajah Maya, seketika wanita cantik itu tersadar. Matanya terbelalak melihat sosok Wahyu.

“Sssst... jangan berteriak sayang, atau akan ku buat sebuah lubang tepat di kepala suamimu tercinta,” ucap Wahyu sambil menodongkan pistol ke arah Rohman.

“Apa yang ingin kau lakukan? apa yang kau mau? Lepaskan suamiku, Mana anakku?” jawab Maya panik.

“sssstt... tenang sayang, semua akan baik-baik saja selama kau menuruti semua perkataanku, anak dan suamimu akan selamat asal kau tidak berbuat hal yang macam-macam,” ucap Wahyu sambil menaruh jari telunjukknya di bibir Maya.

“Baiklah, tapi tolong jangan sakiti mereka, aku akan lakukan apapun yang kau mau, uang, perhiasan, apapun yang kau mau ambillah,” jawab Maya sambil meneteskan air mata.

“aku tidak menginginkan hartamu, aku tak butuh semua itu sayang,” tangan Wahyu mebelai belai pipi Maya.

“Lalu apa yang kau inginkan, tolong jangan kau ganggu rumah tanggaku,” pinta Maya memelas.

“KAMU!, kamulah yang aku inginkan, malam ini kau adalah milikku,” perlahan-lahan Wahyu mulai membuka pakaian yang dikenakan Maya.

Maya  terdiam tak berdaya, jika ia berteriak maka suaminya akan dibunuh, ingin memberontak pun ia tak bisa, tangan dan kakinya terikat ke ujung tempat tidur. Ia hanya bisa memejamkan kedua matanya, air mata terus mengalir dari kedua mata indahnya.

Malam itu, Wahyu memperkosa Maya di depan mata Rohman, Rohman terus memberontak mencoba melepaskan diri, berteriak semampunya, bulir-bulir air mata mengalir deras menetes dari wajah Rohman dan Maya. Ia tak bisa berbuat apa-apa melihat istrinya yang paling ia cintai di gagahi di depannya. Begitupun Maya, ia hanya bisa terdiam menahan malu dan rasa bersalah kepada suaminya. Malam itu adalah malam terburuk dalam hidup kedua pasangan tersebut. Dan malam itu pula asal mula bagaimana Okta tercipta di dunia ini.

‘AKAN KUBUNUH KAU WAHYU!,’ ucap Rohman dalam hatinya yang penuh amarah.
Bersambung...





Related Posts:

2 Responses to "JANGAN SAKITI MALAIKATKU (2)"

  1. waw kamu pandai banget menulisnya. saya suka. semoga karya ini jadi buku

    ReplyDelete
  2. waw kamu pandai banget menulisnya. saya suka. semoga karya ini jadi buku

    ReplyDelete