Seorang Penulis Harus Punya Misi

Seorang penulis harus punya misi. Demikian kilasan yang pernah saya baca dari majalah Tarbawi. Waktu itu Tarbawi mengadakan pendidikan menulis online, dan satu konsep yang mereka bocorkan adalah, seorang penulis harus punya misi. 

Mengapa?

Pertama, supaya semangat.
Kedua, supaya terarah.

PERTAMA, SUPAYA SEMANGAT

Misi itu niat, tujuan, dan goal yang ingin dicapai dengan menulis ini. Misalnya seorang Soekarno, menulis dengan tujuan menyebarkan semangat kemerdekaan. Dengan tujuan dia sangat bersemangat menulis. Dengan tulisan miringnya, dia menulis di mana saja, di dalam penjara, dengan tulisan miringnya, dia susun kata-kata, yang kemudian dia teriakkan dalam pengadilan, dengan orasi lantang, penuh semangat, wajah serius, yang membuatnya semakin dibenci Belanda dan divonis 4 tahun penjara. 

Supaya semangat, seorang penulis harus punya misi. Saya rasakan sendiri, ketika dalam diri bergolak misi, hasrat dan tujuan, maka menulis serasa diberi energi lebih, lebih bersemangat. Jari lincah berkejaran menyusun kata, dan pikiran, ide-ide, mengalir ancar. Jadi yang terpenting untuk membangun semangat menulis adalah, menetapkan misi. Apa yang saya inginkan dengan menulis ini, ingin mewujudkan apa, ingin membangun apa?

KEDUA, SUPAYA TERARAH

Misi itu seperti goal bagi para pemain bola. Goal membuat mereka terarah. Kerja mereka menggiring bola, saling over, lari, mengecoh lawan, dribling, semuanya terarah untuk satu tujuan: Memasukkan bola ke gawang. 

Demikianlah juga seorang penulis. Misi akan membuat kerjanya lebih terarah. Dia  baca buku, dia diskusi, dia ngobrol, dia merenung, dia menulis, semuanya mengarah mengarah kepada satu hal, satu bahasan, satu tema. Misalnya dia saya ingin mengusung misi cinta dan kedamaian, maka yang saya baca, saya bicarakan, saya diskusikan dengan orang lain, saya renungkan, dan saya tulis, semuanya tentang kedamaian. Tulisan-tulisan semacam itulah yang bisa menjadi buku. 

Berbeda sekali ketika saya tanpa misi. Saya membaca apa saja, membicarakan apa saja, memikirkan apa saja, merenungkan apa saja, dan menulis apa saja, maka tulisan-tulisan hasil karya saya tidak akan mengarah, berantakan, dan susah saya kumpulkan menjadi buku.

APA MISI SAYA"?

Jujur saja, misi saya menulis sesungguhnya ingin mengusung cinta dan kedamaian. 

Tidak peduli masa lalu saya seperti apa, dan orang mengenal saya selama ini punya watak apa, sekarang saya ingin tampil mengusung cinta dan kedamaian. Cinta kepada sesama, kepada kehidupan, kepada diri sendiri, kepada benda-benda di sekitar, kepada sahabat, atau kepada kejadian, dan merenungkannya secara mendalam, mengambil pelajaran dan hikmah darinya tentang cinta dan kedamaian itu sendiri.

Orang selama ini mengenal saya sebagai orang yang suka menyerang, debat dengan cara kasar, norak, bahkan sering menyamakan orang lain dengan binatang. Bagaimana mungkin saya dengan watak dan kebiasaan seperti itu akan mengusung kedamaian dan cinta. Siapa yang akan mendengar saya? 

Tapi saya takkan putus asa. Justru di sinilah letak tantangannya. Saya punya watak pemberang, sebelumnya punya reputasi tukang bertengkar dengan orang, kemudian sekarang ingin mengusung cinta dan kedamaian, justru inilah yang luar biasa. 

Jika sebelumnya saya adalah orang yang mencintai kedamaian, itu biasa. Justru karena sebelumnya saya adalah seorang yang susah damai, mudah marah kepada orang lain, maka ketika misi ini saya gulirkan akan mendapatkan tantangan, berupa pelecehan orang. Inilah sisi menariknya.1

Biarkan saja, inilah daya tariknya. 
Sebagai sebuah konflik perjalanan saya untuk misi ini. 
Tanpa konflik, hidup hambar. 

Sebagai rujukan dan bacaan saya adalah, buku-buku yang mengajarkan itu. Banyak membaca buku-buku tentang itu. Misalnya buku Paulo Coelho, dan buku-buku motivasi lain. Inspirasi cinta dan kedamaian pun bisa saya dapatkan dari seorang Jalaluddin Rumi, dengan membaca syair-syair dan novelnya. Dengan cara itu, maka tulisan saya lurus, mengusung sebuah misi, untuk sebuah tujuan. Tidak lagi acak-acakan dengan tema berantakan dan tidak terarah.

Dan saya tidak usah ragu menjalankan misi ini dan menggantinya lagi dengan hal lain. Keraguan hanya menghabiskan waktu, memboroskan energi, dan menjadikan saya mengulang dan mengulang pekerjaan lagi. Apapun rintangan yang saya temui sepanjang jalan, jangan pernah mundur, jangan pernah ganti tema. Apapun yang saya hadapi, semuanya akan mencetak saya menjadi pribadi tangguh, kuat, dan cerita kehidupan saya, jadi lebih menarik.

Related Posts:

0 Response to "Seorang Penulis Harus Punya Misi"

Post a Comment