Seseorang menyerang film Assalamualaiku Beijing, dan mengatakan film ini dibuat asal-asalan, tidak serius, dengan kamera yang biasa digunakan buat FTV.
Agung Pribadi menjawab, "Selama satu setengah jam tembok cina ditutup buat umum. Tidak serius bagaimana?"
Kemudian di bawahnya, saya bertanya, "Mas sudah nonton ke bioskopnya belum?"
Dia jawab, "Belum, saya nonton treallernya. Dari sana pun kita bisa tahu kan?"
Saya jawab, "Ya tidak nggak bisa begitulah Mas. Seenaknya saja. Trealer itu sudah dikompres. Mana bisa disamakan dengan film aslinya. Coba kamu datang sendiri ke bioskop. Nonton!"
Sembaragan saja nih orang.
Anda yang sudah nonton sendiri film ini, pastinya tahu kan gambarnya begitu jernih dan focus. Saat film memulai cerita, Anda merasa seakan Anda hadir di sana. Sejak Dewa memanggil Ra, panggilan kesayangannya untuk Asmara, kemudian tampak suasana malam sebuah rumah yang esoknya akan mengadakan pernikahan, kesunyiannya. Orang-orang yang sedang memasang bunga, semuanya begitu jernih. Terlebih setelah, Asmara meninggalkan rumah Dewa, menangis sendirian dengan wajah terpantul air, kemudian terbang ke Beijing, menyeret koper, sendirian berlatar belakang kota Beijing, hups, itu gambar jernihnya luar biasa.
Jadi sebenaernya, siapa yang asal-asalan? Siapa yang sembarangan? Pembuat film atau si komentator asal bunyi itu?
Nonton langsung saja belum. Ngomong seeanaknya.
Terus terang, sebelum saya sendiri nonton, baca komentar itu sedikit terpengaruh. Kemudian menduga-duga, mungkin orang ini benar, dia tahu banyak tentang kemera dan kualitas movie. Eh ternyata, setelah saya saksikan sendiri filmnya, heran, mana mungkin film asal-asalan bisa mempunyai gambar begitu jelas?
Dari sini saya mendapatkan pelajaran, komentator sotoy macam orang di atas cukup berpengaruh juga. Orang seperti itu, so tahu langsung men-
judge sesuatu dengan kritikan kurang bermutu cukup berbahaya.
0 Response to "Komentator Sotoy"
Post a Comment