Duo Jones, sebetulnya kisah memilukan dari dua orang jomblo ngenes. S. Prawiro, penyusun buku ini, telah mengumpulkan berbagai kisah gila, dari para temannya di facebook. Antara lain Aziz, Richie, Wiraswesti Mirzal, dan teman lainnya. Imajinasi liar, sedih, dan pikiran berantakan, mereka ekspesikan ke dalam tulisan. Saat membaca buku ini, sepenuh batin saya melihat, ini cara unik mereka membebaskan diri dari pedihnya tekanan rasa ngenes akibat hidup menjomblo.
Terus terang, semula buku ini saya sepelekan. Bagaimana tidak, ini tulisan asal-asalan dari lintasan pikiran penulis abal-abal. Cuma curat-coret orang gila di facebook. Namun tidak, setelah dicetak, disajikan dengan layout halaman cantik, dan design cover ekspresif dan profesional, buku ini jadi memikat. Justru, karya tuh harusnya begini. Alami. Ekpresif dan bebas. Esensi seninya terasa. Seperti karya pelukis Affandi. Berantakan. Asal-asalan. Namun berjiwa. Unik dan menghibur. Terlebih setelah buku ini beredar, dan dibaca beberapa orang, apresiasi mereka rata-rata tertarik.
Memang pada mulanya, rata-rata mereka memandang sebelah mata. Tapi setelah mulai membaca, kian ke tengah kian mereka temukan, ini bukan buku biasa. Alim Sudio, penulis skenario film Assalamulaikm Beijing, saat pertama kali memegang buku ini sempat mengancam, "Dua halaman buku ini saya baca dan tidak ada lucunya, saya buang ke tempat sampah". Besok harinya ketemu lagi dengan tim ANPH. Alim Sudio nyatakan, dia sampai terbahak-bahak baca buku ini.
Seorang member KBM, guru TK, bernama Ayu, sengaja datang ke tempat kerja Prawiro buat membeli buku ini. Baru juga di tempat dia membaca, dia sudah terbahak-bahak. Dedi Padiku sempat tidak percaya, bagaimana bisa buku baru dibaca sudah terbahak-bahak. Tidak masuk akal menurutnya. Tapi cobalah Anda sendiri buka buku ini can baca. Saya sendiri tak bsia menahan. Imajinasi liarnya itulah yang unik. Opening ceritanya, terutama cerita Prawiro, seringkali tak biasa.
Coba saja ini baca:
===================
Kepalanya masih dibentur-benturkan. Ingusnya juga masih menganak sungai. Virus apa ini Tuhan? Desahnya.
Coba saja ini baca:
===================
Kepalanya masih dibentur-benturkan. Ingusnya juga masih menganak sungai. Virus apa ini Tuhan? Desahnya.
Wiro Engan mendekat. Julian juga. Apalagi Aziz. Trio Jones itu hanya mengintip dari atas atap. Rambut gondrong laki-laki yang tak mau lagi dipanggil Richie itu berantakan. Beberapa ekor kutu nampak asyik mengigiti telinga. Aziz nampak gemas ingin membunuh kutu yang sedang melukai sahabatnya.
==================
Pembaca lain buku ini adalah Irma. Member KBM dengan nama akun Penulis Khayalan ini juga sengaja datang ke kantor tempat kerja Prawiro. Mulanya buat membeli buku Mengejar-Ngejar Mimpi. Namun, setelah Wiro tawarkan bukunya, dia tertarik juga beli Duo Jones. Pulang dari ANPH, dia baca buku itu di angkot, kemudian mengirimkan SMS, "Aku terbahak-bahak sendirian di angkot membaca buku ini."
0 Response to "Buku "Duo Jones": Cara Liar Mengespresikan Sedihnya Menjoblo"
Post a Comment