Isa Alamsyah Sang Perusak

Merusak, itu perkara gampang. Merusak kompor, sekali pukul, pake linggis. Penyok. Tamat. Tak perlu semenit. Begitulah mental kebanyakan orang kita. nafsu merusaknya lebih besar dari pada membangun.

Lihat saja kemarin, saat kenaikan BBM: demonstrasi. Apa yang para demonstran itu lakukan? Merusak. 3 Desember 2014 di Jl. Diponegoro, 7 orang mahasiswa ditangkap, karena dianggap provokator kerusakan. Mereka demonstrasi, tak hanya meneriakkan protes, namun sambil melempar bom molotov, batu-batu, dan petasan. Di Makasar, demonstran lebih parah lagi. Seorang demonstrasn menyerang pake panah, dan sukses menusuk dada komandan polisi.

Sebagian besar mereka mengatasnamakan mahasiswa. Kalau benar mahasiswa, jadi apa saja yang mereka pelajari di kampusnya?

Begitulah, hobi sebagian besar orang adalah merusak. Termasuk Isa Alamsyah. Sedikit pun tak segan, saya ingin menyebut orang ini perusak. Saya tahu, suatu saat tulisan ini dia temukan. Tidak takut, untuk kembali menegaskan, ISA ALAMSYAH ADALAH SEORANG PERUSAK.

Merusak apa?

Sebelum pertanyaan itu saya jawab, kiranya penting Anda kenal dulu, siapa itu Isa Alamsyah?

Di facebook, dia adalah admin grup Komunitas Bisa Menulis. Tekun berbagi tips gratis menulis. Dia sendiri seorang penulis produktif. Bukan satu bidang, tapi multi talenta. Dia, banyak menulis buku motivasi, pendidikan, parenting dan kesehatan. Ia telah menulis lebih dari 50 judul buku dalam lima tahun terakhir. Dia kaya pengalaman dalam organisasi kemahasiswaan, dunia pendidikan, entertaiment, dan jurnalistik. Sekarang lebih memfokuskan aktivitasnya dalam kegiatan menulis, pembicara dalam forum motivasi, pendidikan, kesehatan, dan keluarga.

Cukup itu saja tentang dia. Terlalu panjang khawatir menyepak tema. Kembali ke benang merah, dia itu seorang perusak.

Perusak bagaimana?

Dia merusak lewat bukunya: No Excuse!

Bukunya ini habis-habisan merusak pola pikir banya orang. Pola pikir yang selama ini beredar, nekat dia bongkar, obrak-abrik, dan hancurkan! Tak tanggung, demi ambisinya, dia beberkan banyak fakta. Dari berbagai tempat, negara, dan berbagai belahan dunia, dari kisah orang-orang sukses, berbagai profesi dan latar belakang. Pengusaha, presenter, aktris, penyanyi, penulis, komedian,  secara simpel dan mudah dimengerti, dia lemparkan ke depan pembaca. Bahkan fakta sejarah, ekonomi dan budaya, semua dia jejalkan dalam bukunya. Sekali lagi, cuma buat satu ambisi: Merusak!

Pola pikir seperti apa yang dia rusak?

Pola pikir kurang produktif, yang selama ini jadi kuman. Pelumpuh semangat orang buat sukses.
Itulah yang dia rusak.

Antara lain, Isa Alamsyah merusak pola pikir banyak alasan.

Alasan, saya pikir sangat diperlukan, untuk membuat argumentasi. Namun, bagi Isa Alamsyah, kebiasaan banyak alasan, adalah pola pikir ini yang harus dirusak. Setelah baca bukunya, akhirnya saya terima. Kegagalan saya selama ini, disebabkan banyak alasan. Dulu, sebelum bisa memakai komputer, alasan saya tak punya karya adalah, tidak punya komputer. Sekarang, sudah bisa megang komputer, belum juga punya karya. Alasannya? Sibuk, ngurus hal lain. Nah, sekarang 24 jam saya boleh menulis bebas, sudahkah saya punya karya tulis? Ternyata belum juga. Alasannya?

Akan selalu ada alasan, dan selama pola pikir itu saya gigit, yang namanya sukses takkan pernah mendekat.

Nah, lewat bukunya ini, Pak Isa berani membabat!

Bagi Pak Isa, Tak ada alasan buat gagal. Dia, menetapkan standar tinggi untuk setiap buku yang masuk penerbitannya. Tak tanggung-tanggung, 101 jenis dosa dia data dan kumpulkan dalam bukunya "101 Dosa Penulis Pemula".  Jika seseorang ingin karyanya lolos, jangan sampai satu pun dari 101 dosa itu dia langgar. Bagi seorang Isa, selama masih bisa diusahakan, tak ada alasan buat gagal. No Excuse! Sebuah buku harus sukses, harus laris, harus meledak di pasaran. Terbit tapi tak laku di pasaran buat apa. Terbit itu butuh modal. Pencetakan apalagi. Jadi kalau gagal? Sama saja bakar duit.

Dalam bukunya ini pun, dia bongkar habis pemikiran lama yang mengatakan, kerja itu butuh cinta. Tanpa cinta, kerja bisa gagal. Bagi Isa Alamsyah, itu omong kosong. Gagal kerja dengan alasan tak cinta, itu mengada-ada. Tidak bisa! Ketidaksukaan pada kerja, bukan alasan buat gagal dalam pekerjaan itu. Penentu sukses tidaknya seseorang, bukan suka atau tidak, tapi komitment.

Bukan cinta, tapi komitmen. Komitmen lebih penting daripada cinta.

Lewat social media, grup curcol.com saya bertanya, "Pria yang mencintaimu, atau yang berkomitment terhadapmu?"

Secara tidak nyambung banyak yang menjawab, "Pria yang berkomitmen untuk mencintaiku."

Namun, penjawab tulus, menjawab serius, "Yang berkomitmen."

Pak Isa menulis,

"Jika saya disuruh memilih mempekerjakan orang yang berminat pada satu pekerjaan atau mempekerjakan orang yang berkomitmen untuk satu pekerjaan atau mempekerjakan orang yang berkomitmen untuk satu pekerjaan yang sama, maka saya akan memilih orang yang berkomitmen." tulisnya.

"Kenapa? Karena pekerjaan yang dilakukan atas dasar suka, akan mengalami masa naik turun. Kalau sedang suka bersemangat, kalau tidak suka tidak bersemangat, kalau bosan berhenti. Susah diharapkan!"

"Tetapi orang yang bekerja dengan komitmen, kalau sudah tidak suka ia akan mencari cara untuk tetap menyelesaikan pekerjaan dan mencari jalan untuk bisa menyukai pekerjaan tersebut."

"Hanya orang berkomitmen yang bisa mewujudkan kerja keras."

"Artis tukses, olahragawan berprestasi, pengusaha sukses, mereka mencapai puncak bukan karena sekedar berminat pada bidangnya, tapi mereka punya komimen untuk menjadi yang terbaik."

"Helmi Yahya mempunyai impian untuk bisa kaya. Itu komitmen dan ia rela melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin, karena komoitmen atas impian tersebut."

Begitulah cara Pak Isa merusak. Merusak pola pikir lama, menggantinya dengan yang baru. Pemikiran barunya ini terkumpul dalam bukunya, NO EXCUSE. Sebuah buku yang padat, penuh dengan ide, namun fokus.

Related Posts:

0 Response to "Isa Alamsyah Sang Perusak"

Post a Comment